murniramli

Apakah kamu bisa mendengar suara pohon ?

In Pendidikan Jepang, Renungan, SD di Jepang on Februari 24, 2008 at 1:33 pm

Hari Sabtu malam saya terserang panas tinggi dan hanya bisa meringkuk di balik selimut hangat setelah menenggak obat penurun panas.  Barangkali karena kecapekan dan tubuh tidak sedang kuat menangkis serangan virus yang datang bersamaan dengan angin kencang yang meniup Nagoya belakangan ini.

Seperti biasa kalau sedang meriang saya tidak bisa tidur.  Lampu dimatikan, TV dinyalakan. Di channel NHK larut malam, saya tidak sempat menengok jam, ada acara kegemaran saya, youkouso senpai (selamat datang kakak kelas).  Kali ini menampilkan seorang wanita Jepang, ahli pohon.  Namanya Ibu Tsukamoto Konami (塚本こなみ). Dia digelari juumokui (樹木医)atau dokter pohon/ahli pohon, kelahiran tahun 1949, dan merupakan  wanita pertama di Jepang yang memperoleh gelar juumokui pada tahun 1992.

Ibu Tsukamoto berkunjung ke sekolahnya dulu, SD Fukuda-Iwata (磐田市立福田小学校)yang terletak di Shizuoka  prefecture. Di sana beliau mengajak anak-anak kelas 5 atau 6, (saya kurang jelas) untuk mengenal lebih dekat pepohonan  di sekitarnya.  NHK memberi judul program ini : 木の声が聞こえる ?ki no koe ga kikoeru ?(Apakah kalian bisa mendengar suara pohon ?).

Ibu Tsukamoto meminta anak-anak untuk memilih pohon yang disukainya di antara banyak pohon di halaman sekolah, lalu mengajak setiap anak mengamati secara fisik, yaitu keadaan batang, daun, bunga atau buah, kemudian menuangkannya dalam bentuk gambar atau tulisan.

Anak-anak memilih pohon berdasarkan karena keindahan daunnya, bentuk tajuk pohon yang memayung atau karena batangnya yang besar.  Tapi ada juga anak yang tidak tahu pohon apa yang dia sukai.  Seorang anak memilih pohon jeruk yang sedang berbuah, lalu membuat karangan indah tentang kenangan tanaman jeruk di rumahnya yang mati ketika neneknya pun meninggal. Seorang anak lagi memilih pohon yang kelihatannya sudah mati, tidak berdaun dan kering.  Alasannya memilih pohon itu karena dia ingin seperti pohon itu, yang walaupun tak berdaun, tapi kokoh dan tegak ke atas, tidak lemah oleh terpaan angin.

Anak-anak kemudian diminta mengamati kondisi pohon selama sepekan dengan menyesuaikan waktu kosong mereka.  Ada yang memeriksa pohonnya pada pagi hari, ada yang berlari mendatanginya saat jam istirahat, atau menyapa pohonnya saat pulang sekolah.  Anak yang memilih pohon jeruk tadi senantiasa mengucapkan salam (konnichiwa, atau ohayou gozaimasu) kepada pohon jeruknya dan membuat percakapan ringkas, misalnya : kyou mo genki da ne ! (hari ini sehat ya !).

Dua orang anak yang memilih pohon besar, malah memanjatnya dan menemukan kenikmatan menulis karangan di atas pohon.  Anak yang memilih pohon yang sakit menamai pohonnya dengan ケーア木 (ke-a ki) atau pohon yang  perlu perawatan dan setiap hari mencatat apa yang dia rasakan, dia dengar dari hasil menatap pohonnya.  Sebuah kalimat sedih dia tuliskan : “Saya ingin kamu tetap bertahan, tapi kelihatannya penyakitmu sungguh berat”.

Semua laporan dibuat anak dalam buku tulis dan Ibu Tsukamoto memeriksanya satu per satu, dan sangat terkesan dengan cerita si pohon sakit. Lalu pada pertemuan berikutnya, Ibu Tsukamoto mengajak anak untuk mengamati  pohon yang sakit, kemudian menjelaskan kenapa pohon itu sakit dengan cara meminta anak-anak menggali perakaran pohon tersebut.  Tanah di sekitar pohon sangat keras, tak tergali oleh sekop yang diayunkan dengan kekuatan tangan anak-anak.  Beberapa anak kegirangan menemukan akar-akar kecil si pohon sakit, tapi kemudian menjadi lesu karena sebenarnya akar-akar kecil itu akar yang mati.  Ibu Tsukamoto kemudian menanyai mereka kenapa pohon itu sakit.

Pohon itu sakit karena tempat hidupnya keras.  Sama saja dengan manusia.  Jika tempat hidupnya tidak nyaman, maka kemungkinan dia akan sakit, anak-anak berkomentar.  Ya, karena tanah di sekitarnya keras, maka pohon tidak mendapat asupan makanan dan minuman.

Lalu disepakati untuk mengangkat si pohon sakit tanpa merusak akarnya dan memasukkan kompos dan pupuk ke dalam lubang tanamnya.  Tentu saja, untuk keperluan ini Ibu Tsukamoto dibantu oleh dinas kota menyiapkan mobil pengeruk tanah.  Lalu anak-anak bersama-sama memasukkan pupuk dan kompos, kemudian menimbun kembali tanah yang terangkat.  Genki ni nareruyou ! (Semoga cepat sembuh), demikian anak-anak ramai berteriak.

Belajar tentang pohon atau makhluk hidup memang tidak sekedar belajar tentang biologinya.  Tetapi yang perlu ditanamkan kepada anak bagaimana kepekaan/empatinya terhadap makhluk hidup di sekitarnya.  Apakah mereka tersentuh ketika melihat pohon yang kering dan tak berdaun ? Apakah mereka tergerak menjaga agar pohon-pohon tetap hijau ? Apa mereka bisa berterima kasih dengan adanya makhluk di sekitarnya ? Apakah mereka bersyukur kepadaNya ?

Belajar tidak hanya untuk membuat anak brilian, tapi belajar adalah untuk membuat anak menjadi manusiawi.   Apakah anda bisa mendengar suara pohon ? 

  1. empati kepada pohon?
    pelajaran yang tidak pernah saya sampaikan kepada murid.
    alangkah pentingnya…
    terimakasih, inspirasi buat guru biologi.

    sama-sama. Saya juga belum pernah mengajar seperti itu 😀

  2. belajar dari alam, hmm.., sangat menarik dan murid -murid yg cerdas. sebuah pengalaman hidup yg akan selalu mereka ingat.

    murni : menurut sebuah teori, anak-anak akan mudah mengingat dan memahami kalau bendanya bisa dipegang, dirasakan, dan diamati atau diindera. Sehingga pendidikan semestinya diarahkan ke sana.

  3. wah boleh juga nanti ta parktekan ke anak-anak di rumah 🙂
    thanks for the idea

    murni : sama-sama.
    tulis juga ya, Bu, cerita2 ttg praktek belajar pohonnya 😀

  4. Apa dikata Mbak Murni itu benar dan seyogyanya demikian adanya “pendidikan semestinya diarahkan ke sana” ,

    akar permasalahannya adalah itu lho ….. { 2 K }
    Kemampuan menggiring “nuansa” kesana.. dan
    Kemauan tekun, shabar, kuat, sugih ide & kreatif

    andai seiring sejalan idea its OK,
    lha kalau berbanding kebalik piye->iki<-piye?
    mbak…Murni mengatasinya?
    sang guru & murid sama-2 kejar setoran je?

    kepripun meniko…. jalan keluarnya?
    mohon petunjuk …?

    murni : Pak Ardi,
    kalo sama2 ngejar setoran, gurunya berarti masih perlu pendidikan rohani/batiniah

  5. waaa… keknya asik ya…
    oya mba, skalian nanya dunk…
    saya tertarik ama konsep euritmik untuk anak2 (gara2 baca buku Totto Chan ney hehe)
    punya link2 tentang euritmik itu nda mba?
    tengkyu….

    murni : saya belum sempat mempelajari ini dg detil.

  6. Seperti biasanya, tulisan Mbak Murni selalu enak dibaca dan selalu ada inti sari didalamnya yang harus direnungkan. Tulisan lainnya selalu ditunggu. Salam

    murni : terima kasih, Pak

  7. Jadi ingat waktu Tazkia tiba-tiba meminta saya menempelkan telinga ke sebatang pohon. “kikoeru?”tanyanya. Karena ga tau arah pembicaraannya, saya tanya balik, “nani ga?”. “ki no koe”. Ganti saya yang bingung, emang poon bisa ngobrol??? Baru ngerti maksudnya taza setelah baca tulisan Mbak Murni^_^. makasih ya

    murni : Mba Chandra, apa kabar ? Lama sekali tidak jumpa ?
    Tazkia, ternyata sdh mendapatkan pelajaran berharga itu dari gurunya, ya.
    Semoga selalu mengingatnya hingga besar nanti.

  8. ana ada bukunya mbak murni :….

    judul : Keajaiban tumbuhan – dan manusia pun terkesiap oleh rahasia Tuhan = Secret life of the plant

    karangan : Peter Tompkin & Christopher Bird
    salin basa : Shohifullah
    kota terbit: Yogyakarta
    penerbit : kutub
    taon terbit: 2004
    ISBN : 979-97581-10
    regone : Rp.29.500,-

    Dalam buku ini pembaca dapat memasuki dimensi batin (gaib) dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, dan yang luar biasa kita justru diajak masuk kedalam dimensi gaib kehidupan tumbuh-2an melewati sebuah pendekatan yang amat ilmiah. Yang karenanya rasional (berakal atau bernalar sehat) yang dengan ini sekaligus membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara akal sehat dan dunia gaib) karena memang puncak keimanan adalah keseimbangan dari kedua elemen tersebut). Salah satu kegagalan kita dalam berinteraksi dengan alam adalah karena kita tidak melihat kedudukan dan makna kegaiban dalam rangka kepentingan hidup, baik untuk dunia maupun akhirat kita. Dan kunci dari pemaknaan hubungan tersebut adalah mencari tanda-tanda Allah yang tersebar di muka bumi ini dan tentu dengan niat mengagungkan Allah. Insya Allah mata kita akan dibuka pada kebesaran dan ketakjuban keberadaan-Nya.
    (Iskandar M. Maworuntu)

    Buku ini amat penting, baik untuk mereka yang mengambil studi ilmu lingkungan, kehutanan, pertanian, maupun mereka yang memiliki rasa cinta atau konsern atas persoalan-persoalan lingkungan. Bagi para pengambil kebijakan (di pemerintahan), buku ini amat berguna dalam upaya yang bersungguh-sungguh dalam memperdayakan (pentingnya) lingkungan yang hijau, sehat dan harmonis. Dan bagi para agamawan, maupun orang yang ingin mendalami keagungan dan kebesaran Allah, niscaya buku ini akan mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan. Buku ini betul-betul merupakan keajaiban di abad sekarang.

    Sir Jagadis Chandra Bose [ilmuwan Bengali, karyanya merangkum tiga bidang ilmu pengetahuan fisika, fisiologi dan psikologi] meringkas filosofinya :
    ”Kediaman alam yang luas ini terbangun dari banyak sayap, masing-masing dengan gerbangnya sendiri. Para fisikawan, kimiawan dan biolog masuk dari pintu yang berbeda-beda, masing- masing dengan bagian ilmu pengetahuannya, dan masing-masing berpendapat bahwa ini adalah ranah khusus baginya yang tidak ada kaitannya dengan pihak yang lain.
    Karenanya kita memandang fenomena alam dengan pemisahan antara dunia anorganik, tanaman dan makhluk yang mempunyai indera (binatang). Sikap pandang filosofis seperti ini bisa ditiadakan. Kita harus mengingat bahwa semua penyelidik mempunyai tujuan utama untuk mencapai ilmu pengetahuan secara menyeluruh dalam keutuhan”

  9. Pak Ardi,

    matur nuwun,
    saya jadi ingat kalo pernah beli buku itu. Seblm berangkat ke Jepang (th 2004).
    Buku itu skrg ada di mana ya ?
    Seperginya saya ke Jepang, buku2 saya titipkan di 4 tempat, di perpus pesantren, perpus sekolah, di rumah teman, dan dikirim pulang ke rumah di Madiun. Sepertinya kalo pulang nanti, saya perlu membangun perpustakaan kecil
    mohon saran dari ahlinya 😀

  10. Saya baru baca buku Toto chan, tapi pernah baca Pop Corn (jilid 1-26,17 tahun yang lalu) yang didalamnya juga bercerita tentang sekolah yang mengajarkan siswanya untuk mencintai alam dan juga manusia.
    Sayangnya guru biologi di tempat saya mengajar kurang tertarik membaca buku anak-anak/komik untuk beberapa alasan tertentu. Kira-kira ada saran dari mbak murni? Btw, salam kenal….

    murni : salam kenal juga
    sekolah yg seperti sekolahnya Toto chan, sebenarnya sangat jarang ditemui. Tapi siswa2 di sekolah publik punya pelajran khusus yg lebih mendekatkan mereka kpd suasana alam, atau kejadian nyata sehari-hari.
    Coba gurunya dihadiahi buku Totto chan, pas beliau ultah 😀
    Atau tunjukin tulisan di blog saya, maksudnya agar saya juga dapat masukan u memperbaiki pengajaran sains di Indonesia

    terima kasih ya

  11. Mbak Murni, please give me such kind stories related learning Language especially English.
    I ask my beloved daughter to read you blog frequently.
    Thanks, NurSri says that she Miss you so much…

Tinggalkan Balasan ke kiran pram Batalkan balasan