murniramli

Belanja dengan plastik 5 yen

In Serba-Serbi Jepang on Oktober 16, 2008 at 12:16 pm

Kata yang semakin sering dipakai di Jepang adalah “Eco” . Gerakan mengasihani lingkungan dan alam menjadi gerakan yang semakin memasyarakat.

Anjuran untuk menggunakan seminim mungkin kendaraan pribadi yang menambah produksi CO2 terpampang di mana-mana. Terutama dipromosikan oleh JR, Meitetsu (perkeretaan Nagoya) dan tentu saja bus kota. Dengan iming-iming harga tiket yang lebih murah terutama pada hari libur, mereka mengajak untuk naik bis keliling kota dan mengandangkan mobil.

Hari Sabtu dan Minggu menjadi hari bersepeda dan berjalan kaki, tapi tentu saja masih banyak juga mobil yang berseliweran. Warga kota menumpuk di pusat-pusat perbelanjaan di daerah Sakae dan Nagoya stasiun.

Awal Oktober yang lalu keluar sebuah pengumuman baru tentang penyetopan penggunaan plastik belanja secara gratis di toko-toko. Alias, plastik kresek yang biasanya diberikan secara gratis, sejak saat itu di-charge 5 yen tanpa melihat besar kecilnya. Maka mulailah dijual tas-tas belanja Eco. Dan saya termasuk yang membelinya (^_^). Setiap hari di dalam tas yang biasa saya bawa ke kampus selalu ada si tas Eco sebab jadwal mengisi kulkas tidak tertentu.

Penggunaan plastik di Jepang memang sangat besar. Kalau berbelanja di super market hampir semua barang/makanan dibungkus plastik. Dalam sebuah tulisan disebutkan bahwa dalam satu tahun produk sampah di Jepang mencapai 500 juta ton, setiap orang selama sebulan menghasilkan 3 ton. Dari total sampah yang dibuang masyarakat Jepang, 10% nya adalah sampah non industri. Sampah terbesar adalah dari industri. Sampah rumah tangga yang dibakar di tempat pembuangan sebesar 73%, dan 23% tidak dapat terurai di tanah (ini karena sampah rumah tangga kadang-kadang masih bercampur bahan plastik). Lalu, sampah yang bisa didaur ulang hanya 4%. Banyaknya sampah yang dibuang di Jepang menjadikannya negara penghasil sampah terbesar.

Karenanya semakin gencar upaya pemerintah untuk memerangi pembuangan sampah yang membengkak. Salah satunya mengurangi penggunaan tas kresek plastik dan menganjurkan penggunaan tas yang awet pakai.

Tetapi coba saja diperhatikan para pegawai kantoran yang membeli makan siang di supermarket atau konbini, kelihatannya mereka masih malu menenteng boks makanan begitu saja tanpa plastik. Dan apalah arti 5 yen bagi mereka.

Kami di Sekolah Bhinneka sering mengadakan acara buka puasa selama bulan Ramadhan dan karena sering ada yang berulang tahun, maka acara makan-makan sepertinya non stop. Dan karenanya kami tidak pernah berhenti menggunakan piring plastik dan sendok plastik. Sebab bagaimanapun orang Indonesia tidak nyaman makan soto dengan sumpit 😀
Untuk mengikuti seruan ber-Eco atau lebih tepatnya untuk menghemat uang belanja, maka kami mencuci ulang piring-piring plastik yang kami pakai.

Banyak cara menjadi lebih Eco 😀

  1. Ya memang bukan saatnya lagi berbicara, tapi saatnya bertindak. Saya sekarang kalau belanja selalu menolak keresek dan memilih langsung memasukan belanjaan ke dalam tas ransel. Suka dikomentarin orang sih, ‘mau dapet kalpataru ya?’ heheh..
    Saya baru tau kalo jepang negara penghasil sampah terbesar. Kayaknya seru tuh kalau diterapkan di Indonesia.
    Waktu saya masih kecil padahal, pernah seperti itu. Kantong keresek itu gak gratis. Saya tahu sebab waktu kecil saya jualan kantong keresek di pasar tiap pulang sekolah. Yang beli ya ibu-ibu yang belanja buat bungkus belanjaannya.

  2. dengan lain kata sekiranya demikianlah :
    mulailah dari yang sederhana –>terus meningkat
    mulailah dari diri sendiri –>tularkan kpd. org. lain
    mulailah dari sekarang –>lebih cepat lebih baik

    andai omiyage cerita lumrah “tersurat” luarnya,
    yg. sebenarnya dibalik itu tersirat buah latar belakang pemikiran juga langkah kebijakan nan mendalam nun lengkap semoga bisa menginspirasi “bacaan” kaum pencinta/ pembelajar/ akademisi bidang lingkungan.

    tak cukup hanya dilakukan :
    himbau+ajakan & ajaran, itu konsumsi buah pikir/pola mental kultur pribadi seseorang

    melainkan juga :
    pelaksanaan wacana pikir (pernah) diperoleh, itu
    perwujudan praktek pola pikir & kontrol atas penyimpangan wujud buah pikiran atas pelaksanaan dengan…

    sanksi hukuman sosial :
    disertakan saat terjadi pelanggaran oleh diri sendiri (pola berfikir-self control mechanism) atau institusi legal secara kelembagaan…

    seringkali terjadi itu…. sbb. :
    alkisah klasik terjadi di Indonesia tercintaku (diwolak-walik, tapi seje maknane lho…..
    1. menjalani tanpa mempelajari ;
    2. mempelajari tanpa menjalani
    seyogyanya/idealnya/sebaiknya kan :….
    [3.] mempelajari juga menjalani

    huuhuhu.. kapan Andanesia bisa maju kebanyakan
    kan kategori 1 dan 2., beda kalau itu di Indonesia
    Sejati, Insya Allah kategori ketigo

    salam teko suroboyo

Tinggalkan komentar