murniramli

Bekerja Keras

In Islamologi, Renungan on Agustus 23, 2009 at 12:36 am

Hari pertama ramadhan sudah berlalu kemarin, dan saya tidak bisa mengakses internet seharian.

Suatu kali seorang teman bertanya kepada saya mengapa saya harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk sebuah pekerjaan yang gajinya tak seberapa. Saya tidak bisa menjawabnya pada waktu itu seketika, sebab sebenarnya saya mengerjakan pekerjaan itu karena terdesak kebutuhan uang.

Ya, tujuan utama kita bekerja secara manusiawi adalah harapan mendapatkan uang untuk survive. Tapi rasanya saya tidak hanya bekerja untuk uang. Bekerja bagi saya supaya kepala saya tidak pusing dan badan saya tidak menjadi sakit karena tidak mengerjakan apa-apa. Tidur seharian atau hanya menonton saja kadang-kadang membuat saya sakit.

Allah menyediakan lahan untuk bekerja (QS. Al-Mulk  : 15)

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Huwa (Dialah) alladzii ja’ala lakumu(yang menciptakan untuk kalian) al-ardh(bumi) zaluulan ( mudah) famsyuu (maka berjalanlah) fii (di) manaakibiha (permukaannya) wa kuluu (dan makanlah) min zurriyati (dari biji-bijiannya) wa ilaihi (dan kepadaNyalah) an-nusyuur (pengembalianmu)

Allah telah menghamparkan bumi dengan penghamparan yang sangat memudahkan hambaNya untuk berjalan. Maka sekalipun bumi terlihat bulat ketika dilihat dari bulan, tetapi penghninya dapat berdiri tegak, air lautnya tidak tumpah saat dilayari, dan biji-biji emas serta minyaknya tidak meluber tatkala digali. Dengan kemudahan yang seperti itu, maka sangat wajar dan masuk akal jika Allah menuntut hambaNya untuk bekerja, dan mencela orang yang bermalas-malasan.

Surat Yaasin menjadi bacaan wajib di kampung-kampung. Ada pengajian yasinan setiap Jumat malam, tetapi apakah para pelantunnya memahami ayat berikut ini ?

وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِن نَّخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنْ الْعُيُونِ

لِيَأْكُلُوا مِن ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ

Wa ja’alnaa (dan kami jadikan) fiihaa (di bumi) jannaatin (kebun-kebun) min nakhiilin ( kurma) wa a’naabin (dan anggur) wa fajjarnaahu (dan kami pancarkan) fiiha (darinya) min al ‘uyuun (mata air) liya’kuluu (agar mereka memakan) min tamarihi (dari buah-buahannya) wa maa (dan dari apa saja) amilathu (yang dikerjakan) aidiihim (tangan-tangan mereka) afalaa (maka mengapakah tidak) tasykuruun (kamu bersyukur)  Yasin :34-35

Ayat di atas membungkam orang-orang pemalas yang berdalih tidak ada pekerjaan untuknya. Ayat ini sekaligus mengingatkan bahwa kalau hamba berusaha maka Allah akan memperlancar usahanya. Ibaratnya jika kita membuka lahan untuk menghidupkan tanahnya, maka Allah akan mengalirkan airnya, menyuburkan tanah-tanahnya

Dan selanjutnya banyaklah hadits-hadits Nabi SAW yang mendorong supaya kita bekerja keras

“Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud as, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

“Sesungguhnya seseorang di antara kamu yang berpagi-pagi dalam mencari rejeki,memikul kayu kemudian bersedekah sebagian darinya dan mencukupkan diri dari (meminta-minta) kepada orang lain, adalah lebih baik ketimbang meminta-minta kepada seseorang, yang mungkin diberi atau ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seandainya nasehat,anjuran, kalam di atas disampaikan kepada generasi muda maka tentu pengangguran tidak akan sebanyak sekarang ini. Karenanya pengajaran baik tentang perlunya bekerja keras perlu dibimbingkan kepada anak-anak baik di sekolah maupun di rumah.

Teman Jepang saya menceritakan bahwa orang-orang tua Jepang dulu berprinsip bahwa saat anak sudah berusia dewasa (18-20 th) maka dia harus keluar dari rumah, sekalipun dia belum memperoleh pekerjaan. Maka tak heran banyak pemuda-pemuda Jepang yang mandiri saat mereka kuliah. Hanya anak-anak orang kaya saja yang masih mendompleng dengan orang tuanya. Anak-anak dari keluarga kebanyakan pada umumnya tinggal terpisah dan orang tua Jepang tega tidak membantu sepeser pun. Tapi bukan berarti mereka tidak mencintai anak-anaknya. Orang tua di manapun sama saja, tatkala si anak mendapat musibah, maka tangannya akan terulur.

Bahwa bekerja keras adalah sebuah sunnah yang ditekankan kalau tidak mau mengatakannya wajib. Bahwa bekerja bukan untuk mendapatkan uang sebab orang yang tidak bekerja pun dapat memperoleh uang. Tetapi dengan bekerja maka Allah akan mendatangkan rezki dan mencatat usaha itu sebagai amal kebaikan.

Tatkala kita ditawari kerja jangan memimpikan uang yang banyak, sebab akan menurunkan semangat kerja ketika pada akhirnya sedikit yang kita dapatkan.

Orang yang senantiasa bekerja keras tidak punya waktu memikirkan berapa penghasilan yang diterimanya hari ini. Yang ada di kepalanya hanyalah upaya mencari dan menemukan teknik-teknik baru, karya-karya baru yang dapat membuat orang lain menjadi senang.

Renungan hari pertama

  1. Terimakasih artikelnya, karena sangat membantu untuk tugas yang saya kerjakan 🙂

Tinggalkan Balasan ke Anonymous Batalkan balasan