murniramli

Apakah rugi menambah jam olahraga di SD ?

In Pendidikan Jepang, Penelitian Pendidikan, SD di Jepang, Serba-Serbi Jepang, SMP Jepang on November 3, 2010 at 6:48 am

Sebaiknya berapa jam seminggu siswa di SD mendapatkan jam pelajaran olahraga ? Baru-baru ini ada diskusi hangat tentang jam pelajaran olahraga di SD yang dalam bahasa Jepang disebut taiiku (体育). Pemerintah bermaksud meningkatkan jam pelajaran olahraga.

Tidak seperti di Indonesia, jam pelajaran olahraga untuk semua kelas di SD adalah 2 jam per minggu. Jumlah jam pelajaran ini bahkan sama untuk SMP dan SMA. Bisa dikatakan olahraga adalah pelajaran pelengkap saja. Sementara di Jepang jam pelajaran olahraga di SD berbeda untuk setiap jenjang kelas dan sekolah. Dalam tulisan ini saya hanya akan memfokuskan pada SD saja.

Menurut gakushuushidouyoryou (Kurikulum Pembelajaran) yang baru, jam pelajaran olahraga di SD per tahunnya adalah sbb, kelas 1 SD adalah 102 unit jam, kelas 2, 3, dan 4 sebanyak 105 unit jam, dan kelas 5 dan 6 masing-masing 90 jam plus pelajaran jasmani 12 jam (total 597 jam).Jam pelajaran olahraga sebelumnya adalah masing-masing 90 unit jam (total 540 jam). Dengan demikian jam pelajaran olahraga bertambah sekitar 57 jam. Secara keseluruhan jam belajar di SD juga meningkat sebesar 1.05 kali. Sebagai pembanding jam olahraga di SMP kelas 1-3 masing-masing 105 jam (total 315 jam) yang naik dari 90 jam (total 270 jam) di periode sebelumnya.

Mengapa pemerintah menaikkan jumlah jam pelajaran secara signifikan di SD dan SMP ?

Dalam sebuah diskusi di milis (anggotanya semua orang Jepang), beberapa member menyebutkan perlu ditambah lagi jumlah jam pelajaran olahraga di sekolah, sementara seorang kepala sekolah mengatakan bahwa dengan penambahan jam olahraga, jumlah jam belajara mapel lain harus dikurangi, dan ini membuat mereka kelabakan dalam menyelesaikan materi belajar setahun.

Pemerintah mengambil penyelesaian dengan menaikkan jumlah jam pelajaran yang lain pula, sehingga total jam belajar dalam setahun menjadi 3841 atau naik sebesar 350 unit. Penambahan jam pelajaran olahraga ditetapkan karena berdasarkan survey tentang kemampuan jasmani dan kekuatan tubuh anak-anak Jepang, didapati bahwa mereka kurang sehat dan menurun kekuataan fisiknya (Tentang hal ini saya pernah menuliskannya dalam Majalah Inovasi Online, tentang sekolah sehat di Jepang).

Sebenarnya pelajaran olahraga di SD di Jepang sangat menarik dan hampir semua anak menggemarinya. Mereka belajar dasar-dasar gerakan tubuh dan kekuatan organ tubuh, seperti kemampuan berjalan cepat, berlari, menggenggam, melempar, berputar pada ayunan, mengepal, lompat kuda-kuda, dll. Semua keahlian ini akan dilombakan dalam undoukai (pesta olaharaga sekolah) yang diselenggarakan setiap tahunnya.

Berdasarkan survey baru-baru ini, anak-anak di Kyuushu dinilai sebagai anak tersehat dan terkuat fisiknya di Jepang. Dalam sebuah siaran TV ditunjukkan bahwa anak-anak di sana tidak saja berolahraga pada jam olahraga, tetapi setiap kali ada jam istirahat mereka berhamburan mendatangi tempat dan fasilitas olahraga, bermain ayunan, berputar, memanjat, dll.

Dalam sebuah penelitian yang pernah pula saya tuliskan dalam blog ini, disampaikan bahwa otak akan bekerja dengan cepat dan baik jika tubuh, terutama telapak kaki sering dipakai. Jalan atau berlari tanpa sepatu akan memijat secara otomatis urat-urat di tapak kaki dan memungkinkan lancarnya pergerakan darah menuju otak, sehingga kebanyakan anak-anak berprestasi di Jepang lahir karena mereka mempunyai kebebasan dan waktu yang lebih banyak menggerakkan badan,bermain, berlari di masa kecilnya.

Jam pelajaran olahraga di SD di Jepang tidak sekedar jam yang diadakan seadanya, tetapi benar-benar merupakan jam pelajaran yang dianggap penting untuk menunjang kerja otak anak yang menghasilkan kemampuan akademiknya.

Bagaimana dengan di Indonesia ? Apakah masih tetap akan bertahan dengan jam pelajaran olahraga dua jam per minggu ? Pada masa pendudukan Jepang, jam pelajaran olahraga di SD hingga SMA sebanyak 5 jam per minggu. Saya kira konsep yang diterapkan pada masa itu sejalan dengan prinsip orang Jepang yang mengutamakan tubuh yang sehat sebagai penunjang menerima ilmu.

 

 

  1. hmm, sepertinya 2 jam seminggu sudah cukup karena saya (saya pelajar SMA) tidak terlalu menikmati pelajaran olahraga 🙂

    Saya merasa sekolah umum hanyalah teori, tanpa praktek. Dan mungkin jika pelajar lain ditanya hal demikian, jika tidak munafik, mereka juga akan mengaku bahwa sekolah hanyalah teori saja. Bahkan di sekolah saya (ini kondisi di sekolah saya, entahlah dg yang lain) pada saat UJIAN AKHIR SEMESTER pun tidak ada yang namanya ujian praktek olahraga. Ujian tulis saja sudah cukup, tak perlu ujian praktek.

    Maaf kalau sedikit keluar dari topik. Salam kenal mbak/ibu/apapun sebutannya 🙂

    • iya betul tuh sama aku juga masih sma . masa pel.penjas TEORI SIH, Bukan praktek ??? atuh bingung mau jawab apa orang ga pernah diajarin juga teorinyaa..

    • saya lebih seju penambahan jam olahraga. dalam tiga demensi kognetif,afektif dan psikomotorik. pendidikan indonesia pada umumnya melakukan proses belajar mengajar yang berperan aktif dikelas adalah kognetif, tetapi afektif dan pisikomotorik belum seimbang dengan kognetif.

  2. apa harus dijadwalkan ya? soalnya sepantauan saya, anak2 SD-SMA pasti olah raga dengan sendirinya. 2 jam di sekolah, pasti mereka tambah dengan ekstrakulikuler olah raga di luar jam. dan anak2 di SD pasti jam keluar istirahat dipakai untuk berlari2 dan semacamnya. bagaimana, Bu?

  3. @Donyarisandy, Mareesha, Rusli:terima kasih atas tanggapannya
    @Rusydi : lari-lari pas jam istirahat itu dilakukan oleh semua anak sekolah di dunia, dan itu disepakati bukan olahraga, tp bermain 🙂
    Yg hrs dikoreksi dalam pelajaran olahraga di tanah air adalah aplikasinya. secara teori, anak2 jago sekali menghafal ilmu olahraga, tp scr praktek, mereka tdk belajar cara berolahraga yg benar. Pembentukan motorik dasar di masa pendidikan usia dini, SD, bahkan kurang diperhatikan. Anak2 di jepang, rata2 bisa berlari dg benar, lompat kuda2, salto, memegang/mencengkeram dg baik (motorik tangan), dan pemerintah mendukung kegiatan OR di sekolah dg menasionalkan kegiatan undoukai (pesta OR) u TK dan SD.Siswa SMP dan SMA sudah mulai menguasai olahraga prestasi, bahkan tak sedikit yg lemah di bidang akademik, memperkuat diri di bidang OR, dan selepas SMA memilih masuk pembinaan atlet sambil kuliah.jd, wajar kalau Jepang berjaya di pesta OR dunia, sementara negaranya hanya lebih kecil sedikit dari P. Sumatera 🙂
    Jadi, pelajaran OR tidak hanya dijadwalkan, tp perlu direformasi 🙂

Tinggalkan Balasan ke murniramli Batalkan balasan