murniramli

Kunjungan ke SMP Al-Irsyad Surakarta

In Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan, Manajemen Sekolah, Pendidikan Indonesia, Pendidikan Menengah on Februari 27, 2012 at 12:11 am

Tanggal 21 Februari adalah awal empat hari kunjungan saya dan kolega Jepang ke Kota Solo dan Yogyakarta. Kunjungan tersebut bukan untuk “bertamasya”, tetapi adalah rihlah keilmuan. Dua hari di Kota Solo dan dua hari di Yogya. Di Solo, seperti biasa, kami punya langganan becak yang setia mengantarkan kami ke mana saja. Sebenarnya, akan lebih praktis memakai taksi, tetapi dengan becak, kami dapat memotret apa saja, berhenti di mana saja, dan Bapak tukang becak pun bersedia menunggu kami. Demikian pula dengan kunjungan kali ini.

Kira-kira jam 11 siang kami tiba di Solo, dan setelah beristirahat sejenak di rumah seorang kawan di daerah Kusumodilagan, kami segera bergerak menuju SMP Al-Irsyad Surakarta yang terletak di daerah Pasar Kliwon Solo. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Surakarta, merupakan sekolah tua yang didirikan pada tahun 1928, dan saat ini dipimpin oleh Pak Joko Subandono, kepsek muda yang penuh semangat.

Kunjungan kami ke sana untuk mengetahui program pendidikan Al-Quran yang diterapkan di Al-Irsyad. Sementara saya pribadi, karena tertarik dengan sejarah pendidikan, maka saya menggali sebanyak-banyaknya informasi tentang sejarah sekolah Al-Irsyad. Penjelasan tentang hal ini baru kami dapatkan keesokan harinya dari Ustadz Ali Basmul yang mengetahui banyak tentang perguruan Al-Irsyad.

Ada pelajaran yang berharga dari kunjungan kali ini, terutama tentang upaya sekolah untuk terus menjaga nilai-nilai dan pemahaman ke-Al-Irsyadan di kalangan guru, pegawai dan siswa-siswanya. Sekalipun materi ke-Al-Irsyadan telah dihilangkan karena alasan banyaknya mata pelajaran yang harus diajarkan (saya menyayangkan sekali hal ini), karakter Al-Irsyad tetap disampaikan dan dikontrol melalui lembaga Badan Pengawasan Keagamaan (BPK) yang diketuai oleh Ust. Ali. Saya kira cukup sulit mengawasi tidak masuknya ajaran Islam yang lain ke dalam lembaga pendidikan Al-Irsyad, tetapi kedekatan siswa dan guru tampaknya dapat mengatasi hal ini.

Program kajian Al-Quran sangat menonjol di sekolah ini melalui program halaqoh (pengajian) pagi setiap hari Jumat dibimbing oleh kepsek, guru hingga staf administrasi. Juga halaqoh pada setiap pekan ke-2 dan ke-4 yang dibimbing oleh siswa-siswa terseleksi. Pada pekan yang sama, kepsek menyelenggarakan halaqoh tersendiri untuk para guru dan staf TU. Selain itu, program hafalan Al-Quran juga ditonjolkan dengan target hafal Juz 30 setamatnya dari kelas 3 SMP.

Tampaknya, program Al-Quran menjadi hal yang ditonjolkan di banyak sekolah Islam. Saya sangat salut dengan etos kerja guru-guru Al-Irsyad yang bekerja dari pagi hingga sore (pukul 16.00), dan tidak nyambi di sekolah lain. Karena tidak didukung pendanaan pemerintah, maka tentunya yayasan perlu bekerja ekstra supaya operasional sekolah dapat terus berjalan.

SMP Al-Irsyad berada di kawasan pemukiman orang Arab di Solo. Oleh karenanya, siswa-siswanya adalah anak-anak Arab di lingkungan sekitar sekolah, dan juga orang-orang non Arab yang tinggal berdekatan. Kami mendapatkan cerita menarik tentang sejarah Yayasan Al-Irsyad, dan juga fakta kelas-kelas dalam komunitas Arab. Ada sebuah buku berbahasa Arab yang menjelaskan tentang Tarikh Al-Irsyad di Indonesia, yang merupakan sumber primer pengkajian sejarah dan sistem pendidikan Yayasan Al-Irsyad di tanah air. Saya belum sempat membacanya secara detil, namun pendidikan Al-Irsyad sudah mulai ada sejak tahun 1914.

Kembali pada pengembangan SMP Al-Irsyad. Sama dengan sekolah-sekolah Islam lainnya, sekolah ini menghadapi tantangan untuk menunjukkan kualitasnya sebagai lembaga pendidikan yang berkelas. Bukan sebagai lembaga pendidikan yang sering dikesampingkan dan disematkan untuk kalangan bawah menengah, tetapi mereka berupaya untuk menggaet kalangan atas untuk mendidikkan anaknya di sini. Sebuah ambisi yang tidak mustahil tercapai. Kepemimpinan kepala sekolah tampaknya akan sangat menentukan langkah ini.

Salah satu misi yang diusung, yaitu kerjasama dengan stakeholder, mendorong kepala sekolah untuk lebih membuka diri dengan komunitas sekitarnya. Beberapa kali pihak luar diundang untuk memberikan wawasan kepada siswa Al-irsyad, tentang banyak hal, termasuk belajar dari orang-orang sukses di sekeliling mereka. Saya teringat dengan program Youkoso Senpai di Jepang, namun yang diterapkan di Al-Irsyad dalam format yang berbeda.

Saya kira, sekolah, apalagi sekolah swasta, memiliki keleluasaan dalam pengembangannya. Kunci keberhasilan ada pada pimpinan dan komitmen yang kuat dari para pengajar dan staf. Bahwa bekerja tidak hanya sekedar menerima gaji, tetapi yang utama adalah kepuasan menelurkan siswa-siswa yang mampu berperan di masyarakat.

Tinggalkan komentar