murniramli

SMP dan SMA Afiliasi Nagoya University

In Administrasi Pendidikan, Dinas Pendidikan Jepang, Manajemen Sekolah, Pendidikan Jepang, Penelitian Pendidikan, SMA di Jepang on Februari 3, 2009 at 9:37 am

Di Jepang sekolah-sekolah yang dikembangkan oleh Fakultas Pendidikan sebuah universitas biasanya berbentuk sekolah satu atap. Sebagaimana SMP dan SMA afiliasi Nagoya University(NU).

Karena merupakan bagian dari fakultas pendidikan, maka sekolah ini ibaratnya laboratorium percobaan teori-teori baru tentang pendidikan. SMP dan SMA NU dibiayai oleh NU dan kepala sekolahnya digilir di antara professor di fakultas pendidikan. Masa jabatan kepsek selama maksimal 3 tahun.

Semua sekolah afiliasi universitas di Jepang tidak dikontrol oleh Dinas Pendidikan Prefecture atau Kota, oleh karena itu mereka bebas mengembangkan sistem belajar dan buku pelajaran atau materi pelajaran.

Kepsek SMP dan SMA NU hanya satu orang yang merupakan professor yang dipilih oleh Senat Fakultas Pendidikan. Proses pemilihannya adalah berdasarkan pemungutan suara dari banyak calon, kemudian tersisa 3 orang, yang akan diperiksa oleh Senat dan ditunjuk satu orang untuk menjadi kepsek. Kepsek dari Fak.Pendidikan diwakili oleh Kepsek SMP dan Kepsek SMA, dan 1 orang wakasek.

Ciri khas yang dikembangkan di SMP dan SMA NU adalah penekanan terhadap minat siswa pada kejuruan/profesi/karir tertentu. Siswa-siswa SMA tidak diarahkan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi sebagaimana SMA lainnya, tetapi diarahkan sesuai dengan minat karir yang diinginkannya. Lulusan SMA NU yang melanjutkan ke NU hanya 10%, atau hanya sekitar 4 atau 5 orang saja. Angka ini tergolong kecil apabila dibandingkan dengan SMA lainnya. Tetapi, penyelenggara sekolah ingin mengarahkan orang tua dan siswa untuk berwawasan luas tentang karir yang dapat ditempuh di masa depan. Oleh karena itu, siswa yang ingin menekuni pekerjaan tertentu biasanya tidak selalu diarahkan untuk melanjutkan ke PT tetapi lebih condong ke Akademi Kejuruan/College.

Ciri khas kedua adalah terkait dengan Project Super Science (Proyek SS) yang mulai dikembangkan di Jepang sekitar tahun 2005. Proyek ini adalah usulan dari Prof Noyori yang merupakan pemenang hadiah Nobel Kimia tahun 2001 yang merupakan salah satu professor di NU. Beliau diangkat sebagai anggota Komite Penasehat Pendidikan Perdana Menteri (Kyouiku shin gikai).

Proyek SS bertujuan untuk memberikan pendidikan khusus kepada anak-anak SMP dan SMA yang memiliki keunggulan khusus dalam bidang sains. Dapat dikatakan proyek ini sebagai upaya Jepang untuk mencetak para nobelist di masa mendatang.

Uniknya penerapan Proyek SS di SMP dan SMA NU berbeda dengan sekolah lainnya, yaitu bukan pendidikan sains yang diberikan secara khusus kepada sekelompok siswa berotak jenius, tetapi pendidikan yang bertujuan untuk memberantas sains literacy. Program ini dengan kata lain bukan program elit yang dikhususkan kepada murid tertentu, tetapi merupakan program umum yang diberikan kepada semua siswa agar dapat lebih memahami sains dengan lebih baik.

Pola pendidikan satu atap 6 tahun baru dimulai sekitar 3 tahun yang lalu. Sebelumnya siswa SMP NU dapat meneruskan ke SMA lain dan tidak otomatis meneruskan ke SMA NU. Tetapi, karena dianggap hasil pembinaan siswa selama 3 tahun di SMP tidak mampu menelurkan hasil yang maksimal, maka diputuskan untuk mengembangkan pendidikan menengah 6 tahun, dengan keharusan lulusan SMP untuk meneruskan ke SMA NU.Dengan model pendidikan seperti ini mulai terlihat hasil penerapannya, misalnya dengan kedewasaan berfikir para siswa.

SMP dan SMA NU juga menerapkan pelajaran tentang Humanity sebagai jam pelajaran integrated course. Pada pelajaran ini para siswa belajar tentang tata cara berhubungan dengan sesama anggota masyarakat, dan pengenalan karir di masa depan. Pelajaran biasanya disampaikan tidak saja oleh guru-guru pengajar sekolah bersangkutan tetapi bekerja sama dengan dosen di Universitas Nagoya dari berbagai fakultas.

Siapa saja boleh mendaftar sebagai siswa SMP NU dengan persyaratan siswa bersangkutan bertempat tinggal di daerah yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dari lokasi sekolah dengan menggunakan fasilitas kendaraan umum. Ketentuan ini secara tidak langsung untuk mencegah terjadinya keterlambatan siswa dan mengurangi munculnya kecelakaan/bahaya/ancaman yang mungkin terjadi selama perjalanan ke sekolah.

Sebagai afiliasi NU, SMP dan SMA NU juga mengundang siswa-siswa asing yang kelak dapat dipromosikan untuk menjadi mahasiswa asing di NU. Program ini merupakan program berkesinambungan sebagai langkah NU untuk meningkatkan jumlah mahasiswa asing yang kuliah di NU. Sebagai gambaran, pemerintah Jepang telah menganggarkan untuk menerima sebanyak 300 ribu mahasiswa asing hingga tahun 2010. Sayangnya ketiadaan asrama di sekolah, dan ketatnya perijinan tinggal di Jepang menyebabkan program siswa asing ini kelihatannya terlalu muluk, dan kemungkinan hanya dapat diakses oleh anak-anak asing yang orang tuanya sedang studi atau bekerja di Nagoya.

  1. mungkin sistem ini lebih bagus ya, soalnya sekolah bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan siswanya karen asejak awal mereka sudah sekolah dibagian sekolah tersebut, rasanya di Indonesia yang sistem sekolah seperti ini masih sekolah swasta šŸ˜€

  2. saya kayaknya sependapat dengan komen ari kapan ya indonesia menangani pendidikan secara total. setelah ibu pulang ke Indonesia sampaikan ide-ide ibu ke pengambil kebijakan ya bu… biar pendidikan kita cepat maju. viva pendidikan

  3. Saya berharap suatu saat bangsa Indonesia dapat menyadari kekeliruan ini, sehingga mata pelajaran tidak terlalu banyak dan peningkatan metode pengajaran persuasif terhadap peserta didik. Saya curiga ini suatu cara pembodohan generasi muda sehingga tetap menjadi bangsa yang diatur pihak luar… Mari kita kampanye penyederhanaan kurikulum dan kurangi mata pelajaran demi anak masa ke depan…

Tinggalkan komentar