murniramli

Obrolan di kantin

In Renungan, Serba-serbi Indonesia on Desember 5, 2010 at 3:22 am

Sudah lama sekali saya tidak makan siang di kantin kampus karena memang sudah jarang saya ke kampus.  Dua kali dalam seminggu saya menyempatkan mampir karena untuk menuju tempat mengajar di Nanzan saya pasti mengambil jalan belakang kampus, dan jika tidak ada kerja sesudahnya, biasanya saya menyempatkan menemui sensei atau sekedar mengobrol dengan mahasiswa yang sedang menulis thesis atau mencari teman yang mau diajak makan bersama di kantin.

Jumat lalu ada dua teman yang saya salut sekali dengan ketekunan dan ambisi kerja dan belajarnya. Sebenarnya seorang teman sudah makan siang, tetapi karena sudah lama tak berjumpa dengannya, saya memaksanya menemani saya makan siang. Dan seorang teman lagi bergabung kemudian.

Obrolan di kantin adalah obrolan yang paling mengasyikkan. Sebab isinya bisa macam-macam, mulai dari masalah keluarga hingga masalah sensei yang radha kejam. Atau kadang-kadang pembicaraan menyerempet ke masalah politik dan carut marut negeri yang membuat kami miris atau lebih sering geleng-geleng kepala, tanda tak mengerti apa maunya para petinggi negara.Tetapi saya punya usulan untuk TERTAWA saja saat menyebut-nyebut keanehan di tanah air. Saya pikir kita adalah bagian dari  tanah air seluas Indonesia, dan  berani menertawakan kesalahan sendiri adalah upaya untuk menjaga kesehatan jiwa 🙂

Seperti kemarin Jumat, kami mengobrolkan tentang penelitian. Kebetulan dua teman sedang berjuang menyelesaikan program doktornya, dan saya salut dengan kesungguhan mereka. Saya senang mendengarkan cerita teman-teman tentang penelitiannya, sebab bertambah ilmu dan bertambah pula kearifan.

Salah satu yang kami obrolkan juga adalah tentang ide-ide lucu untuk mengatasi masalah di tanah air. Teman saya berempati kepada rekan-rekan TKW yang mendapatkan penganiayaan di LN, dan bermimpi mempunyai lahan atau perusahaan palm oil yang mempekerjakan para TKW nantinya. Ide yang bagus, tetapi saya menimpali bahwa kita tidak tahu apakah bekerja di palm oil company milik teman akan memberikan kepuasan kepada para TKW dan mereka tidak berkeinginan lagi bekerja di luar. Saya pikir banyak faktor yang menyebabkan mereka memilih bekerja di LN, bukan saja karena lapangan kerja di dalam negeri tidak ada, tetapi barangkali karena  faktor kenyamanan dan kesantaian kerja sebagai PRT di LN.

Saya punya ide mengatur perangkotan di kota Bogor yang kemarin saat saya pulang sudah semakin parah saja. Saya katakan kepada teman bahwa saya sudah berhasil mengantisipasi rasa jenuh naik angkot dengan membawa iPod dan bacaan di dalam angkot. Kalau saya bosan membaca maka saya mendengarkan iPod dan bisa tidur sambil menunggu kemacetan lewat. Saya  juga mengalami naik angkot dengan penjual toko klontong yang hendak memasok tokonya dengan membawa aneka belanjaan dari pasar anyar Bogor. Sedikitpun saya tidak mengeluh dengan tumpukan barang di depan kaki saya, sebaliknya saya kagum sekali dengan para ibu yang perkasa tsb, dan mereka sangat ramah meminta maaf atas ketidaknyamanan kami semua. Saya tersenyum dan mengatakan sama sekali tidak terganggu. Barangkali inilah keberuntungan saya tidak punya mobil, saya masih bisa bertemu dengan orang-orang ulet dan sederhana seperti mereka.

Kembali ke ide perangkotan. Saya mengusulkan ada shift-shiftan angkot 🙂 Jadi angkot harus dilengkapi dengan kartu ijin jalan. Shift dibagi atas pagi sampai siang, dan siang sampai malam. Lalu, pemerintah menyiapkan layanan gratis untuk anak-anak sekolah bisa saja menggunakan angkot tp dengan sistem subsidi silang. Artinya angkot-angkot untuk mengangkut anak sekolah bekerja di pagi, siang dan sore dengan tarif rendah. Kelebihan tarif ditanggung pemerintah daerah. Lalu untuk para pemilik toko klontong atau petani yang hendak memasarkan produknya ke pasar dan dari pasar, disediakan pula angkot khusus dengan tarif khusus pula 🙂

Teman-teman saya tampaknya bengong dan tertawa akhirnya. Barangkali ide saya memang ide asal ngomong 🙂 Dan pertanyaan besar sesudahnya, apakah pemerintah mempunyai itikad baik untuk menjalankan ide itu ??

Itulah, kami menghentikan obrolan karena kantin akan tutup dan langit semakin hitam. Obrolan yang mungkin tidak akan digubris oleh para pejabat di tanah air, tetapi kami sebagai rakyat agak terhibur dengan mempunyai mimpi-mimpi yang baik tentang tanah air tercinta.

  1. kayaknya bakalan ditimpukin sama supir2 angkot bu, huehe..

  2. kami di tanah air juga kecewa dg banyak peristiwa yang menimbulkan luka, kesedihan, dan perasaan tertindas bagi sebagian saudara kita setanah air. menurut saya pemerintah sudah berupaya untuk memperbaiki kondisi itu.tapi memang makin banyak saja orang (bahkan terpelajar dan anutan masyarakat) menggeroggoti niat baik pemerintah itu,kita memang butuh orang yang punya perhatian,komitmen dan ketulusan untuk berbuat baik bagi sesama seperti bu murni ramli. pulanglah..

  3. shift angkot di bogor itu sudah diberlakukan, bu. sejak lama, bertahun lalu (lupa tepatnya kapan). Ini untuk angkot di kota, yang di kabupaten tidak. Ada shift A, B dan C. Tiap angkot ditempeli stiker huruf shiftnya. Lama kelamaan, aturan shiftnya tidak berlaku. Kita bisa menemukan angkot berstiker C di jam kerja shift A.

    • @Mba Eva : huwaduh, ternyata sudah diterapkan ya:-)
      saya kira belum. Berarti selama ini kalau ke Bogor, saya ndak terlalu merhatiin stiker2 itu 🙂
      Terima kasih infonya.

  4. alo mba murni … sy sedang mencoba lupakan carut marut jakarta dengan cara menikmati jepang dan kegairahan nak anak berlatih dan pentas taiko di banyak tempat … interaksi budaya lewat musik … smg mba murni dalam sehat selalu

  5. ini sebagian catatan kegiatan taiko di SMKN 36 Jakarta http://dedidwitagama.wordpress.com/?s=taiko

Tinggalkan Balasan ke Dedi Dwitagama Batalkan balasan