murniramli

Mengapa Anak Indonesia gampang beradaptasi di sekolah Jepang ?

In Pendidikan Jepang on Januari 8, 2007 at 3:42 pm

Tulisan ini tercetus setelah saya mendapat email dari seorang ibu (orang Indonesia), teman saya di Nagoya, yang sedang menemani suaminya mengambil program Post Doc. Teman saya ini mengeluhkan problema menyekolahkan anak di Indonesia. Kebetulan anaknya mengenyam pendidikan di Jepang (TK) dan kemudian kembali ke Indonesia, lalu sekarang berada kembali di Jepang. Saat pindah ke Jepang untuk pertama kalinya, si anak sangat cepat beradaptasi dengan sekolah barunya, bahkan baru beberapa bulan dia sudah dapat berbicara bahasa Jepang layaknya anak Jepang lainnya. Tahun yang lalu, karena umurnya sudah layak masuk SD di Indonesia, maka orang tuanya sempat membawanya pulang ke Indonesia dan menyekolahkannya di SD swasta, ternyata si anak tidak terlalu mengalami kesulitan beradaptasi dalam belajar hanya agak mengalami culture shock.  Si Ibu mempertanyakan pengalaman beberapa orang tua yang justru sebaliknya, mengeluhkan anak- anak yang mengalami hambatan beradaptasi di sekolah-sekolah di Indonesia.  Barangkali banyak pula Ibu-ibu yang lain merasakan was-was yang sama ketika harus kembali ke Indonesia.

Mengapa bisa gampang beradaptasi di sekolah Jepang, sedangkan di Indonesia tidak ? Ini pertanyaan sang Ibu kepada saya.

Analisa saya, anak punya kelebihan dalam berteman dibandingkan dengan orang dewasa. Seorang anak tidak pernah berburuk sangka kepada anak yang baru dikenalnya, biasanya mereka langsung akrab jika ada hal yang mereka sukai. Coba saja kumpulkan anak-anak laki2 di suatu kamar, lalu beri mereka video game atau play station, maka tidak perlu tahu nama `lu` siapa, biasanya mereka akan langsung ngobrol ngalor ngidul dengan bahasanya sendiri.

Beda dengan orang dewasa, yang biasanya terlalu banyak pertimbangan dalam berkawan sehingga malah sulit untuk segera beradaptasi.

Analisa kedua, anak punya kemampuan menguasai bahasa yang sangat cepat, begitu kata para pakar. Saya pikir kemampuan berbahasanya bukan saja karena otaknya masih encer dan masih mudah mengingat kata, tetapi karena mereka memakainya setiap hari. Ketika anak Indonesia masuk ke TK/SD Jepang, tidak ada bahasa yang mereka dengar selain bahasa Jepang. Setiap hari mendengar kata yang sama dan merekam kapan orang mengucapkannya, membuat si anak mudah beradaptasi dari segi bahasa.

Beda dengan orang dewasa yang biasanya mempunyai kemampuan berbahasa `tarzan` atau punya second language, misalnya bahasa Inggris, yang dengannya membuatnya dapat survive di Jepang, sekalipun hanya dengan bermodal kata `arigatou gozaimasu`= terima kasih.

Tetapi analisa di atas tidak menjawab jika pertanyaannya diajukan sebaliknya : mengapa dia susah beradaptasi di sekolah Indonesia ?

Alasannya ternyata menurut si Ibu- berdasarkan kabar yan pernah didapatnya- sekolah di Indonesia selalu membicarakan uang ketika pertama kali mendaftarkan anak. Ya uang pangkal, uang baju, uang infak ini, infak itu….tak ada satu pun pertanyaan tentang kondisi anak, tentang karakter anak, apa kelemahannya, apa kelebihannya, kesehatannya bagaimana, keluhan dalam belajar apa?

Tetapi pendaftaran sekolah di Jepang, biasanya diawali dengan menggali pandangan orang tua tentang si anak. Biasanya guru wali kelas yang akan langsung mewawancarai orang tua. Termasuk dalam pertanyaan yang biasa diajukan adalah makanan yang pantang dimakan. Karena semua sekolah di Jepang menyiapkan makan siang di sekolah, maka biasanya untuk anak-anak muslim guru akan bertanya makanan apa yang boleh mereka makan, dan makanan apa yang tidak boleh.

Di beberapa sekolah yang saya datangi, pembicaraan tentang uang sekolah, uang olah raga dll malah tidak lagi dibicarakan karena sudah tertera jelas dalam pamflet atau web sekolah.

Selain itu, anak-anak asing di Jepang biasanya ditangani oleh guru kelas dan guru pendamping. Guru pendamping inilah yang berperan besar dalam memonitor anak sehari-hari, termasuk membantu meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai bahasa Jepang.

Beberapa anak Indonesia sering saya tanya, senang sekolah di mana ? di Indonesia atau di Jepang ? Rata-rata menjawab di Jepang. Alasannya karena ` gakkou wa tanoshii` (= sekolah menyenangkan), ngga perlu pake seragam, ngga banyak PR, gurunya ngga galak, bla…bla…

Saya mengamati beberapa anak-anak teman yang disekolahkan di Jepang, kelihatan sekali potensinya terbina dengan baik. Anak yang gemar melukis, bahkan diberi kesempatan seluas mungkin untuk melukis. Anak yang gemar menyanyi, menikmati betul pelajaran menyanyi di sekolah. Anak yang gemar olah raga, tersedia lapangan luas untuk latihan. Kompetisi kecil-kecilan pun diadakan di sekolah, atau antar sekolah.

Jadi, gampang tidaknya seorang anak beradaptasi dengan lingkungan barunya tidak bisa dilemparkan permasalahannya kepada kepribadian si anak, tetapi orang dewasalah yang membantunya untuk mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Di sekolah, tentu saja guru dan orang tuanya.

  1. Bagus sekali tulisan ini.
    Ibu Ramli, saya memang mengamati hal tersebut. Terutama mengenai galaknya guru. Kadang-2 beberapa guru di sekolah-sekolah swasta di Depok dan denpasar, tempat yang saya tinggali dulu mempunyai guru yang galak. Kadang galaknya untuk menutupi sesuatu (ilmu yang kurang, misalnya). Saya punya pengalaman dengan beberapa guru SD di Chiba. Mereka amat santun dan amat mendukung bentuk partisipatif siswa di kelas.
    Salam Kenal bu.

  2. Salam kenal juga
    Tinggal di Chiba ?

  3. pemberian kesempatan itulah kadang di Indonesia tidak dilakukan… dengan berbagai alasan…kurikulum-lah dan sebagainya. Kebijakan seperti itu sudah selayaknya di evaluasi, sehingga pendidikan bener2 mendidik anak, tidak malah memberangusnya.

    murni : setuju, Pak

  4. Indonesia ku
    Indonesia kita

    Nice artikel
    Trm ksh telah masukkan blog sy ke listing Anda … semoga Anda dan keluarga sehat selalu

  5. […] Saya Cinta Indonesia ? Jump to Comments Pak Dedi Dwitagama, seorang kepala sekolah yang nge-blog (salut, Pak!) menulis komentar pendek di tulisan saya ` […]

  6. riil artikel bu murni…
    anak saya di kochi juga seperti itu..
    Indonesia ni kaeritakunai….hehehe
    semoga tulisannya ttg kebaikan yang ada di sini (jepang) bisa disebarluaskan…

    murni : amin

  7. salam kenal bu….
    saya Indri,sekarang saya tinggal di kitakyushu, menemani suami saya yang sedang s2 di sini. anak saya dua satu sd dan satu di tk.
    saya lulus dari IKIP Bandung jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan. melanjutkan sekolah di jepang jurusan bahasa jepang. dan kembalike Indonesia menjadi guru bahasa jepang di SMA negeri 2 cilegon.Banyak hal yang saya temui ketika mengajar di SMA dulu, menggugah hati saya untuk berfikir….
    Rencananya bulan april besok saya akan melanjutkan sekolah bahasa saya guna persiapan melanjutkan s2 .
    senang sekali saya baca tulisan ibu..insyaallah saya ingin bertukar pendapat dengan ibu.bila nanti ada kesempatan.

  8. Salam kenal Bu Indri,
    semoga sukses dengan rencana sekolahnya.
    Silahkan berkirim email (*_*)

  9. saya mauuuuu….gak pake seragam ke sekolah, gak ada peer..lagian di jepang CD PS2 pasti murah 😀

    murni : yo wis ke Jepang aja. CD PS2 tetep maahal, dit (^_~)

  10. salam kenal juga bu dari niigata

    wah tulisannya ibu semakin menambah ‘semangat’ saya menyekolahkan anak di sekolah jepang.
    Insya Allah mereka (anak saya 2: 6 thn dan 4 thn) akan datang ke pertengahan februari ini.
    walaupun disini mungkin sangat singkat tapi saya berharap pengalaman bersekolah disini memberi pelajaran berharga bagi mereka.

    salam

    murni : salam kenal juga, Pak
    Ya, menyekolahkan anak ke luar negeri akan memberikan wawasan dan pengalaman berharga bagi mereka

  11. salam kenal..
    saya guru di salah satu smk negeri di jakarta pusat.Itulah potret pendidikan di indonesia.Tapi ada juga yang perlu ibu perhatikan ..Tidak Semua Sekolah di Indonesia seperti itu.Survey membuktikan tidak sedikit anak asing yang bersekolah di indonesia ..dan tidak sedikit sekolah international yang berdiri di indonesia.Tergantung dari kemampuan anak dalam beradaptasi di lingkungan yang baru….. thanks

    murni : salam kenal juga, Pak
    Ya, memang tdk semua sekolah di Indonesia buruk. Banyak sekolah negeri yang sangat bagus.
    Bapak guru di SMK 3 bukan ?

  12. good luck for education indonesia

    murni : yup. itu pengharapan saya juga

  13. salam kenal,
    saya guru BK di sebuah sklh berasrama gratis bagi anak-anak tidak mampu di parung milik Dompet Dhuafa. Saya sdg mencari konsep sklh menyenangkan di google, trus milih ke situs ibu. Kl kualitas akademis siswa insya Allah sdh ok dilihat dari beberapa kali menang olimpiade: fisika (ke-3 tingkat nasional) & biologi. Saya sedang khawatir siswa-siswa saya tidak nyaman dgn kehidupan di sekolah & asrama kl melihat dr mslh2 yg sering muncul di kalangan siswa. Bisa kasih info/rujukan utk mslh ini, bu? terima kasih….

  14. Ibu Ati :
    Masalah yg muncul di antara siswa masalah apa ya, Bu ?Mohon diperjelas.

  15. sebetulnya masalah yang saya tanyakan adalah tentang rujukan untuk mendapatkan konsep sekolah & asrama yang menyenangkan untuk saya coba terapkan di tempat saya mengajar. Kalau masalah-masalah siswa sptnya tidak mungkin saya ungkapkan disini. terimakasih

    murni : ttg asrama yg menyenangkan saya pun tak bisa memberikan contoh yg baik dr Jepang. Sebab hampir tak ada sekolah berasrama di sini. Mungkin bisa merujuk ke pesantren2. Saya dulu tinggal di pesantran mahasiswa, hanya karena sdh gede, konflik hampir tidak ada. Mungkin sedikit bisa jadi rujukan barangkali, yg paling penting dalam kehidupan bersama adalah pembina/guru yg bisa menjadi teman sekaligus kakak, plus guru. Saya dulu terkesan sekali dg pembina saya di pesantren yg bisa memainkan peran2 itu dg sangat baik. Fasilitas pesantren kami sangat sederhana, tp tinggal selama hampir 4 tahun di sana semasa mahasiswa sangat menyenangkan bagi saya. Insya Allah akan saya tulis ttg pesantren2 yg pernah saya tinggali ya, Bu.
    Mohon maaf, tidak banyak membantu

  16. Saya bisa minta alamat pesantrennya, Bu? mungkin sewaktu-waktu saya bisa belajar langsung ke sana. Btw, dengan adanya tanggapan dari Ibu saya merasa terbantu, kok. Terima kasih, ya…

    murni : Bu Ati, pesantren yg saya ceritakan itu sudah almarhum. Namanya pesantren mahasiswa dan sarjana Al-Azzhar, Bogor.
    Dulu diasuh oleh Ust. Muhammad Abbas Aula. Beliau sekarang mengasuh pesantren pengamalan Al-Quran wal Hadits di daerah Situgede, Bogor.
    Saya mengajar di Madrasahnya (MA Al-Haitsam). Mungkin bisa berkunjung ke sana. Naik angkot yang ke arah Sindangbarang jero (ini kalo belum berubah sejak 2004), turun di Situ gede, trus jalan dikit. Pesantrennya di tengah sawah. Kalau ke sana, titip salam buat Ustadz (^_^)

  17. Saya baru buka internet lagi ni. Ternyata ada informasi menyenangkan. Terima kasih banyak ya, Bu. Kalau ada wkt & kesempatan saya akan coba kesana Insya Allah saya sampaikan salamnya….

  18. Salam kenal ibu wah tulisannya bagus ,memang seperti itu kok keadaannya sekolah di jepang tanoshi(menyenangkan)beda dgn di Indonesia .Yach semoga Indonesia bisa meniru sistem pendidikan yang bagus di Jepang. Selama hampir 3 th saya tinggal di Jepang pengamatan saya memang seperti itu ok dech Ganbatte ibu:))

    murni : tinggal di mana di Jepang, Bu ?

  19. Ibu saya tinggal di shizuoka dan saya belum menikah kok,cuman melihat anak teman saya yg pernah sekolah di tk japan setelah pulang di Indonesia katanya sekolah kok cuman duduk dan mendengarkan jadi anaknya bosan.

  20. Dear Ibu Murni,

    Bisa dikatakan tanggapan saya ini barangkali telat, tapi ga apa-apalah tulisan ibu seakan menjawab kebimbangan saya selama ini.

    Nama saya Ali Kusno Arifin, sejak Pebuari 2007 saya memberanikan diri bekerja di Jepang, tapi status saya masih dianggap single karena masih masa percobaan. Dan Januari 2008 status saya berubah menjadi family status dan saya disarankan untuk membawa keluarga ke negeri para Geisha ini. Tentunya saya bahagia sekali dengan perubahan ini, tapi yang membuat saya bingung adalah memilih sekolah untuk kedua anak saya.

    Anak saya yang pertama sekarang dia duduk di kelas 1 SMP dan yang kedua dikelas 3 SD. Rencananya kenaikan kelas tahun 2008 saya akan membawa mereka ke sini, tentunya bersama istri juga.

    Awalnya saya akan mendaftarkan anak-anak saya di Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo (SRIT), tapi jarak yang harus ditempuh dari apartemen yang disiapkan oleh perusahaan dengan SRIT (Meguro) terlalu jauh sekitar 2 jam perjalanan dengan JR train. Untuk informasi aja saya tinggal;

    Sunny Town Nirenokidai 1-507
    2-1 Asahigaoka Hanamigawaku, Chiba City-Chiba.

    Saya mencoba untuk mencari sekolah International, tapi agaknya saya tidak akan sanggup membayar, karena memang sangat mahal.

    Di forum ini saya coba minta pendapat ibu tentang situasi yang saya hadapi. Apakah bisa anak-anak saya jika disekolahkan di sekolah Jepang? Apakah mereka akan mampu mengikuti pelajaran yang diajarkan? Atau barangkali Ibu punya solusi lain untuk saya?

    Sebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk saran dan bantuannya. Terutama untuk tulisan Ibu yang telah mencerahkan pikiran saya.

    Wassalam,
    Ali Kusno Arifin

  21. Pak Ali Kusno yang baik,

    Anak-anak akan cepat beradaptasi dg sekolah Jepang. Jadi tak ada masalah jk mereka disekolahkan ke sekolah Jepang.

    Yg kelas 3 SD barangkali akan lebih mudah beradaptasi, sebab biasanya seumuran mereka belajar bahasa akan lebih cepat, sedangkan yg kelas 1 SMP mungkin akan mengalami kesulitan, terutama masalah bahasa. Kelas 1 SMP di jepang, sudah belajar banyak kanji. Ini biasanya yg membuat anak2 stress di sekolah Jepang, karena merasa diri paling bodoh dan tak bisa mengerti penjelasan guru. Komunikasi dg teman juga agak susah. Anak2 kls 1 SMP di Jepang umumnya sdh mulai membuat geng2 sendiri di kelas, dan kasus ijime sering terjadi di sini.

    Kalau toh berkeinginan disekolahkan di sekolah Jepang, sebaiknya ditanyakan kpd kepala sekolah apakah ada pelajaran tambahan bahasa untuk anak asing. Lebih bagus mencari sekolah yg ada anak asingnya juga, krn biasanya mereka punya program yg sudah jalan tentunya berkaitan dg penanganan anak asing.

    Mungkin perlu juga dipikirkan jk anak kembali ke Indonesia. Krn kurikulum kita berbeda, mk beberp sekolah negeri tak mau menerima siswa dari luar negeri. Mknya, bersekolah di SRIT ada untungnya juga, krn kurikulumnya diakui oleh negara kita, shg anak2 yg pulang ke Indonesia, bisa diterima di sekolah manapun (negeri).
    Kalau ke sekolah swasta, tak ada masalah, tinggal uangnya saja yg disiapkan.

    Oya, yg kelas 3 SD harus dibantu jangan sampai lupa bahasa Indonesia (membaca-menulis, dll)
    Demikian, Pak.
    Semoga dapat menjadi pertimbangan.

  22. Alhamdulillah, kebimbangan saya kadarnya sudah berkurang, berkat saran dari ibu. ( Saya rada bingung nih, manggil ibu atau mbak ya?). Dan mulai 28 Desember ini, saya akan cuti selama 1 bulan di Indonesia Insya Allah saran dari ibu akan saya diskusikan dengan istri.

    Maksudnya sekolah swasta yang di Indonesia?

    Saya hanya bisa ngucapin terima kasih untuk sarannya.

    Wassalam,
    Ali Kusno Arifin

  23. Pak Ali,

    Panggil apa saja, boleh.
    Oleh murid2 saya dipanggil Ibu.
    Oleh teman2 di Nagoya, saya dipanggil Mba
    Oleh orang2 Jepang saya dipanggil Murni san 😀

    Ya, semoga bisa mendapatkan keputusan yg terbaik.

    Ya, maksud saya sekolah swasta di Indonesia akan menerima murid dari mana pun asalkan ‘bawa’ duit 😀

    Wassalam

  24. Assalamu’alaikum ibu, saya sangat tertarik sekali dengan artikel ibu mengenai pendidikan di Jepang. Kebetulan saya seorang guru SD kelas 1, kalau boleh saya minta informasi mengenai pembinaan disiplin anak-anak Jepang di sekolah karena jujur saja pembinaan disiplin untuk anak-anak Indonesia sangat sulit diterapkan sehingga mau tidak mau guru kadang jadi bersikap galak. Harapan saya semoga anak-anak didik saya bisa disiplin dalam keseharian mereka. Amin. Tolong ya…bu! Gomen ne sudah merepotkan. Terima kasih

  25. […] posting yang diberi judul Mengapa Anak Indonesia Lebih Gampang Beradaptasi di Sekolah Jepang?, Murni memberikan analisanya. Salah satu perbedaan dengan sekolah di Indonesia, yakni ketika siswa […]

  26. Bagus tulisannya bu Ramli.
    gambatte kudasai.

  27. hmm… enk bngt yah tinggl di sna..
    aq jga pengen bngt sekolah di sana….

  28. bu saya ijin copas ya ^^
    di kaskus

  29. Salam kenal mbak Murni,
    Saya beruntung bisa ketemu artikel ini diinternet. Saya sedang bingung untuk memilih menyekolahkan anak saya di Jepang atau di Indonesia (Sekolah Dasar). Saya menikah dengan orang Jepang dengan 2 anak.
    Saya punya imej kalau sekolah (SD) diJepang itu belajar melulu. Bermainnya kurang. Jadi saya pikir anak-anak sekolah di Jepang itu lumayan stress dengan tekanan belajarnya.
    Kalau anak saya sekolah dasar di Jepang trus dipindah ke SMP Indonesia bisa nggak mbak ya?
    Salam,

  30. @Pak/Bu Darma : mohon maaf saya baru mengomentari pertanyaan Bpk/Ibu.
    SD di Jepang justru lebih banyak bermainnya ketimbang belajarnya.
    Sementara SD di Indonesia lebih serius belajar.

    Anak lulusan SD Jepang bisa saja meneruskan SMP di Indonesia.Tp berdasarkan pengalaman teman2, anak2 agak terhambat kemampuan berbahasa Indonesianya, shg perlu ektra waktu dan belajar untuk mengejar ketertinggalan ini.
    Masuk SMP di Indonesia semakin tinggi kompetisinya dg adanya UAS di SD. Karenanya masuk SMP negeri mungkin agak susah bagi lulusan SD di luar negeri. Tetapi mestinya ndak ada masalah jk masuk SMP swasta.
    Demikian semoga membantu
    Salam

  31. Salam kenal semuanya. D i Indonesia ada metode belajar matematika yang di kemas dengan permainan dan kesenian, sangat cocok untuk anak usia Dini dan sekolah Dasar. Nama metodenya SURGAKU. diambil dari bahasa Jepang SUGAKU (Matematika). Belajarnya menggunakan bahasa Jepang. Metode ini dibuat untuk Anak-anak Indonesia yang baru kembali dari Jepang ke indonesia dan kesulitan mengikuti materi pelajaran matematika yang berbeda dengan Jepang. Karena Metode ini dikemas dalam permainan dan tarian, maka Metode ini juga cocok untuk anak yang lambat dan benci dengan matematika. Silahkan lihat videonya

  32. Biarpun jepang kau banggakan seumur kisahmu ,biarpun kau besarkan kehebatan bangsa jepang,,, saya akan tetap mencintai,negri tercintaku Indonesia, semoga kita bisa membangun Indonesia,dan jgn sllu menyalahkan bangsa indonesia,, salahkan orang2 yg mengaku Indonesia,karna merekaLah yg membuat Indonesia buruk

  33. apakah pendidikan di jepang lebih sulit daripada di indonesia?

Tinggalkan komentar