murniramli

Masyarakat Jepang sedang sakit

In Renungan, Serba-Serbi Jepang on Desember 21, 2007 at 9:04 am

Kemarin malam, sehabis bekerja saya masih menyempatkan ke lab, dan sempat bertemu dengan teman China saya yang sering saya ajak berdiskusi.  Tadi malam kami membahas masalah keanehan atau mungkin penyakit yang diderita masyarakat Jepang.

Sebagaimana kota-kota atau negara yang bergerak menuju ke tingkat peradaban yang lebih maju, Jepang pun mengalami perubahan drastis, tidak saja dalam dunia ilmu dan teknologinya tapi perubahan sosial, karakter, kebiasaan dan perilaku masyarakatnya.  Karena mengkhawatirkan akan hal yang sama terjadi pada masyarakat kota di Indonesia, tulisan ini saya buat.

Beberapa waktu yang lalu di sebuah stasiun TV disiarkan sebuah bisnis yang menyediakan fasilitas bagi lelaki Jepang yang ingin merasakan menjadi perempuan.  Dalam bisnis itu bahkan disiapkan maaf-pakaian dalam wanita untuk dikenakan oleh para pria.  Seorang pelanggan yang juga merupakan dosen universitas top di Tokyo mengaku ini sebagai bisnis yang bagus, dan saat ditanya apakah boleh menampilkan wajah dan penampilannya setelah berdandan ala wanita di layar TV, dengan santainya dia menjawab, silahkan !  Ini hal yang wajar, katanya.

Keinginan untuk menjadi wanita, yang harus dibayar dengan berjuta yen itu  kami anggap sebagai kelainan masyarakat maju yang menghadapi fase stress berat.  Dengan kesibukan dan tingkat tekanan dalam bekerja yang sangat tinggi, orang Jepang tak punya sekedar waktu untuk merenung.  Yang mereka lakukan setelah stress bekerja kebanyakan adalah pergi minum hingga mabuk, masuk ke panti-panti yang menyediakan pelayanan seksual, atau hal-hal yang tidak masuk akal lainnya.

Beberapa waktu yang lalu juga ditampilkan robot berbentuk anjing kecil yang bersuara, bisa menyapa tuannya ketika kembali ke rumah. Bahkan ketika dielus mengeluarkan suara manja.  Robot anjing ini diciptakan semata untuk menggantikan posisi istri bagi laki-laki Jepang yang belum menikah atau posisi suami bagi wanita yang belum menikah.

Jumlah anak yang membunuh orang tuanya atau keluarganya pun meningkat, karena stress tidak hanya melanda dunia kerja tapi juga melanda sekolah dan diderita berat oleh mereka yang tak lulus ujian masuk PT, menganggur atau tinggal atau seharian membaca komik di rumah. Jumlah anak muda Jepang yang dijuluki NEET (Not in Employment, Education, or Training) membengkak dari tahun ke tahun.

Banyak dari mereka yang tidak bisa menyewa apartemen untuk tinggal menetap menggunakan ‘cafe net’ sebagai tempat bermalam.  Cukup membayar sekian yen, mereka dapat nongkrong sepanjang malam di bilik-bilik kecil yang dilengkapi kursi dan meja plus tentu saja internet.  Kehidupan cafe net semakin berkembang di Tokyo, dan orang yang jeli melihat kondisi ini sebagai upaya mengeruk uang, bergembira dengan membuka jaringannya di kota-kota maju lainnya.

Istilah ‘otaku’ dijulukkan kepada orang Jepang yang menghabiskan waktunya seharian di rumah untuk membaca komik (mangga otaku) atau menonton DVD atau bermain PDS, dan lain-lain hobby.  Mereka tidak keluar rumah, karenanya digelari dengan ‘otaku’ (rumah).

Jika masyarakat sudah sakit sedemikian parah, bukan psikolog yang dibutuhkan.  Bukan juga uang yang semakin banyak, atau teknologi yang semakin canggih untuk memuaskan keinginan mereka.  Tapi yang mereka butuhkan adalah keluangan untuk mengenal agama.  Waktu untuk berfikir tentangNYA, masa untuk merenung apa itu hidup ?

Sayang orang Jepang tak punya ini.

Mudah-mudahan orang-orang di Indonesia, sekalipun maju melampaui kota manapun tetap sadar bahwa dia adalah makhluk yang sangat butuh kepada perlindungan dan kasih sayangNYA.

  1. Inilah kesempatan bagi Mbak Murni untuk mengenalkan Islam di Jepang. Islam adalah agama yang sangat manusiawi. Islam datang dari Allah, pencipta manusia. “Struktur” manusia tidak akan berubah dan sama di seluruh dunia. Apa yang baik menurut Allah, maka baiklah bagi semua.
    Mbak Murni yang banyak bersentuhan dengan orang Jepang sangat bertanggungjawab untuk mengenalkan Islam kepada mereka. Jangan sampai di akhirat nanti ada orang Jepang yang ditanya oleh Allah, “Mengapa kamu begini? Apakah kamu tidak mengenalku? Apakah ajaranKu tidak sampai kepadamu? Tidak adakah orang Islam yang kamu kenal hingga kamu dapat bertanya kepadanya? Atau tidak adakah orang Islam yang punya inisiatif mengenalkan Aku dan ajaranKu kepadamu?
    Sungguh, Mbak Murni akan ditanya tentang hal ini oleh Allah. Saya siap membantu semaksimal yang bisa saya lakukan.
    Ittaqullah haqqa tuqatihi.

    murni :
    Saya dan teman2 muslim di Jepang sudah berusaha semaksimal mungkin mengenalkan Islam kepada orang Jepang, Pak.
    Insya Allah kami paham dg tugas itu.
    Mohon didoakan agar semua orang muslim dimana pun dia berada, dimudahkan u mengemban tugas itu.

  2. Artikel yang bagus buat refleksi kita juga.

    murni : terima kasih, Pak

  3. alhamdulillah, orang Indonesia banyak yang masih sadar akan pentingnya keimanan. Sebelum menjadi negara maju, rakyat Indonesia harus berangkat dari keimanan, bukan hanya keinginan meraih harta dan “kesejahteraan”. Coba lihat bangsa kita, kehidupan sebagian besar rakyatnya sudah berkecukupan. Tapi masih mengganggap diri mereka miskin, senada dengan anggapan pemerintah juga sih. Kayaknya bangsa Indonesia juga sakit,…,

  4. Orang Jepang sakit karena mereka sibuk bekerja mencari makan. Orang Indonesia sakit karena terlalu banyak waktu luang untuk merenungi dosa orang lain.

    “Mbak Murni yang banyak bersentuhan dengan orang Jepang sangat bertanggungjawab untuk mengenalkan Islam kepada mereka”
    Sampeyan itu kayak ngasi tahu anak kecil aja!

    “Islam adalah agama yang sangat manusiawi. Islam datang dari Allah, pencipta manusia.”
    Promosi kecap no.1! Yah! Sangat manusiawi sampe bisa menggorok leher manusia kalau tidak sesuai dengan Islam. Agama kok kayak bisnis level marketing ya?! Semakin banyak yang ikut, makin banyak pahalanya…monggo mas…sorga buat sampeyan sendiri aja…

    murni : tenang, Mas/Mba…tenang !
    Memang saya perlu ditakut2 i seperti itu spy tambah iman 😀

  5. Assalamualaikum, salam kenal ya mbak.

    Terima kasih sudah memberi kita semua informasi dan pencerahan tentang keadaan masyarakat Jepang.

    Saya hanya ingin memberitahukan kepada Mbak dan yang lain bahwa ada orang (blogger juga) yang mengatakan bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang Islami. Jika berminat, nanti saya kasih tahu alamat blog-nya. Menurut saya orang ini benar-benar gila.

    Terima kasih sudah berbagi tulisan dgn kita semua.

  6. wa alaikum salam wrwb
    Pak Nahar, salam kenal juga.

    Selain menceritakan sisi negatif masyarakat Jepang, saya juga banyak menulis sisi baik/positif mereka. Dan saya pikir rekan-rekan yg menulis ttg “keislamian” orang Jepang, mungkin sama dengan saya, melihat nilai-nilai baik itu mengakar dalam masyarakat Jepang, sedangkan dalam masyarakat Islam di Indonesia nilai-nilai itu justru tidak diterapkan dg baik.
    Mungkin Bapak akan mengatakan saya juga gila, jika sudah membaca tulisan2 saya ttg betapa lebih baiknya penerapan nilai-nilai positif yang tidak hanya diakui Islam tetapi diakui oleh semua agama dalam beberapa situasi di Jepang.

    Barangkali kita perlu bijak, sebagaimana Islam melalui RasulNya juga mendidik kita untuk menjadi khilafah yang bijak, yaitu menilai seseorang, sesuatu kaum dari sisi positif dan negatifnya. Tidak hanya mengatakan itu jelek, tetapi juga mengangkat sisi baiknya.

    Mohon maaf jika kurang berkenan,
    Wassalam

  7. belakangan ini saya sering menemukan situs2 yang menggambarkan keanehan masyarakat jepang, teruatama dalam aktifitas sex mereka, inilah bukti bahwa kejayaan materi bukanlah pencapaian tertinggi manusia, karena di jepang hal itulah yang terjadi ketika seluruh kebutuhan raga terpenuhi maka manusia pasti akan terus mencari titik terdalam di kehidupan ini…
    mengatakan bahwa masyarakat indonesia “cukup” beragama pun tidak bisa dipandang sebagai sebuah bentuk penyelamatan diri, pembenaran… siapapun ia dimanapun ia, atheis ataukah beragama, pertanyaan yang terus berdnyut di dalam hatinya adalah…
    siapakah saya?
    darimanakah saya?
    akan kemanakah saya?

    diluar segala pencapaian masyarakat jepang… saya turut berduka cita atas kebingungan kalian…

Tinggalkan komentar