murniramli

Kenapa Anak Tidak Doyan Sayur ?

In Pendidikan Indonesia, Pendidikan Jepang, Serba-serbi Indonesia, Serba-Serbi Jepang on Februari 6, 2007 at 4:37 am

Hari Sabtu saya diundang untuk mengajari sekitar 27 anak SD Jepang memasak masakan Indonesia. Acara ini diprakarsai oleh Tenpaku, sebuah pusat belajar masyarakat milik kota Nagoya. Saya dan seorang teman mengajari anak2 itu 3 jenis masakan, gado-gado, mie goreng dan kolak. Makanan yang ke-2 dan ke-3 lumayan digemari, tapi yang pertama bersisa buanyaaak. Saya agak sedih melihat tumpukan sayuran yang sedikit saja disentuh oleh anak-anak.

Ada banyak kemungkinan memang kenapa gado-gado tak digemari :

Mungkin karena bumbu gado-gado yang saya buat benar-benar tidak enak, atau anak-anak sudah kecapekan masak sayur yang demikian banyak jenisnya sehingga tidak berselera lagi ketika acara makan tiba. Tapi kenapa mereka makan ludes mie goreng dan kolaknya ?

Semasa kecil saya juga tidak doyan sayur. Saya coba ingat-ingat apa alasannya, tapi saya tetap tidak ingat. Pokoknya waktu itu saya paling benci kalau mamak masak sayur bayem. Barangkali lidah anak-anak punya struktur yang agak beda dengan orang dewasa ya ? Maksudnya saraf pengecapnya berbeda. Saya paling suka makan makanan yang gurih dulu, pokoknya yang ada rasa-rasa vitsinnya. Mamak memang kadang memakai bahan ini, tapi pelan-pelan berhenti dan diganti dengan bawang putih yang banyak. Itu sejak bapak berkolesterol tinggi dan harus stop makanan bermuatan MSG.

Ketika kecil, kami semua menggemari chiki snack karena rasanya guriiih banget, begitu pula dengan potato chips, wuiihh….enak (^_^)

Begitu pula mungkin dengan anak-anak SD tadi, mie goreng mereka sikat karena ada telur, sosis, plus udang, dan yang pasti rasanya gurih. Adapun kolak mereka suka mungkin karena manis dan bersantan (gurih). Sedangkan gado-gado ga berasa apa-apa kalau tidak diaduk dengan bumbu.

Saya tidak tahu bagaimana caranya supaya anak gemar sayur. Tapi menurut beberapa ibu dan ahli gizi, sebaiknya sejak bayi, ibu harus membiasakan anak makan sayur, sehingga ketika agak besar dia menggemarinya. Suatu kali juga pernah saya tonton di TV ketika masih di Indonesia, sayuran dan buah dibuat juice dan diberi sedikit gula dan garam. Mamak saya sebenarnya sudah mengikuti ini barangkali, karena kami setiap hari disuguhi sayur, tapi kami lebih suka makan nasi (apalagi nasi jagung. wuiihhh sedaap) plus ikan asin bakar yang disirami minyak kelapa asli ! Wis….langsung ludes biasanya. Sayurnya dimakan mamak dan bapak. Kalau sayur atau buahnya diblender, kayaknya malah kami tidak akan yang makan karena penampilannya yang encer berwarna, wueeek !! Satu-satunya sayuran yang kami gemari adalah `barobbo, makanan khas sulawesi yaitu jagung yang dimasak dengan sayur bayam, kacang panjang dan udang/teri. Atau yang radha mirip itu `bubur menado`. Sekali lagi karena rasanya gurih !!

Tapi lain dulu, lain sekarang.

Sejak saya SMA saya paling gemar makan sayur, bahkan tomat dan wortel mentah pun saya doyan. Apalagi waktu di IPB, saya ketularan orang Sunda yang gemar makan daun !! Setelah saya pikir-pikir perubahan tersebut terjadi karena saya mulai punya ilmu (sebab disekolahin (^_^)) tentang apa itu makanan sehat, dan mulai menyadari bahwa tubuh harus dikasihani, harus diberi asupan yang baik. Jadi saya mengubah pola makan saya karena pengetahuan yang saya dapat.

Karenanya barangkali bagus juga di sekolah-sekolah TK atau SD diajarkan pembelajaran gizi (tapi jangan rumit-rumit, dan jangan model menghafal seperti PENJAS) kepada murid-murid kecil tersebut. Misalnya sekolah yang menyiapkan makan siang, bisa menawarkan menunya untuk disusun sendiri oleh para siswa, kemudian sekalian mereka diminta menjelaskan kenapa mengusulkan makanan itu, apa manfaatnya bagi tubuh. Saya pernah melihat ini di sebuah SD di Gifu prefecture.

Saya ingat acara makan siangnya si Totto chan (Baca : Totto chan, gadis kecil di jendela, Kuroyanagi Tetsuko). Pak Kepala sekolah menyuruh murid-murid membawa makanan dari laut dan dari gunung, memang tidak ditentukan apa jenisnya. Tapi anak-anak jadi sibuk mikir, makanan apa ya…yang ada di gunung dan ada di laut, dan mereka secara otomatis menjadi pintar karena otaknya dipakai mikir. Demikian pula ibunya tentunya.

Di Jepang, makanan disajikan dengan porsi sedikit-sedikit, tapi beragam, dan ditata dengan paduan warna yang sangat memikat. Makanya orang Jepang kelihatan gembira sekali ketika acara makan dimulai, dan mereka pasti berteriak `oishiiii sooo` (enaaakkk kayaknya !). Nasi biasanya dikeluarkan belakangan, pas perut sudah kenyang, jadi ga makan banyak-banyak.

Makan bagi anak-anak adalah rutinitas yang kadang dianggap mengganggu jadwal bermain, makanya ada baiknya kalau makan diselipkan sebagai bagian dari permainan. Eh, apa maksudnya nih ? Saat makan boleh mungkin sambil main balon, atau kalau memang harus duduk rapih di meja makan, bisa tidak sambil diputarkan musik atau lagu-lagu yang gembira ? Atau sayurannya dipotong menyerupai bentuk binatang atau pinokio ?

Yang saya agak heran, kenapa sampai dewasa pun ada orang yang tidak gemar sayur. Manajer saya di restoran thailand tidak suka makan kacang kapri, yang menurut saya, itu malah kacang terenak di dunia (^_^). Ada lagi yang tidak suka makan paprika, padahal paprika manis dan menurut saya juga enak.

Atau mungkin jangan dibandingkan dengan saya…karena semua makanan halal menurut saya enak (^_~)

  1. jadi pembahasan kali ini makanan ya bu?? hmmmmmm, nyam….nyam…., kalo saya sejak kecil suka sayur bu, apalagi yang namanya lalapan, sampe rebutan ma adik aja dijabanin, demi…. ^_^ , tapi memang evi juga tau sendiri klo anak kecil ada yang susah makan sayur(kecuali keluarga kami hehehe), bisa jadi juga sih penyebabnya karna itu, masalah rasa tadi, tapi menurut saya, rasa sayur tuh enak kok 🙂

  2. mba Evi :
    Ternyata beda kepala memang beda rasa ya,
    mba Evi suka sayur sejak kecil, saya baru suka pas SMA hehehe…

  3. mohon izin ikut ngintip blog ini,

  4. Numpang nimbrung nih Mbak…
    Kalau di tempat saya, malah ada mitos yang mengatakan bahwa suka tidaknya seseanak makan sayur ditentukan dari tanggal kelahirannya, semakin dekat ke penghujung tahun, semakin susah disuruh makan sayur. Hla??

  5. Mbak Murni,
    Totto-chan itu yang benar adalah Kuroyanagi Tetsuko (http://www.inv.co.jp/~tagawa/totto/). Tiap sabtu malam, muncul di acara Sekai Fushigi Hakken jam 9 malam (http://www.tbs.co.jp/f-hakken/). Beliau terkenal sebagai orang yang pertama muncul di TV Jepang. Selengkapnya ada di wikipedia :
    http://ja.wikipedia.org/wiki/%E9%BB%92%E6%9F%B3%E5%BE%B9%E5%AD%90

  6. Mbak Murni,
    Totto-chan itu yang benar adalah Tetsuko Kuroyanagi (http://www.inv.co.jp/~tagawa/totto/)

  7. Mbak Murni, dugaan saya kenapa anak-anak SD tidak suka dengan gado-gado karena mereka memilih makanan yang bentuknya paling familiar, yaitu mie goreng, dan memang ada sejenis makanan yang mirip-mirip kolak (rebusan, “nimono”). Tetapi kalau gado-gado saya fikir yang menyebabkan mereka seolah nggak suka adalah penampilan yang tidak familiar. Saus kacang bagi kita enak, tetapi bagi orang Jepang sepertinya kurang cantik. Saya pernah dengar orang Jepang yang bilang saus kacang kita (yang dipakai untuk pecel, gado-gado atau petis) itu warnanya agak kimochi warui. Padahal dari segi rasa, saya kira nggak masalah. Misalnya saja sayur itu dikasih dressing (yang orang Jepang familiar dengan bentuk/rasa nya), saya kira anak-anak itu akan mengambilnya. Entar kalau masak gado-gado, jangan dikasih ke orang Jepang, deh. Panggil saja saya, Ine dan Tika. 🙂

  8. pramur :

    hla …saya pertengahan tahun, tp kok pas kecil ya susah disuruh makan sayur ya (^0~)

    Pak Anto :
    Bener juga, pas saya liat bumbu gado2 buatan saya, kimochi waruku natta (~^~). Jd saya juga ga berani nawarin ke Pak Anto n de geng (^0~). Saya tunggu panggilan dari mba Ine saja u bantu ngabisin bentonya hehehe….

    Makasih koreksinya ttg nama asli Totto chan.
    Ya, saya juga suka nonton acaranya, Pak n sangat demen dg gaya rambut dan poninya (^0^)

  9. wah saya telat baca tulisan yang ini. Mbak kalo anak2 tidak suka makan sayur itu memang sangat benar (sebagian besar anak sepertinya begitu) dan ini telah menjadi problem yang rumit buat ibu2. Menurut saya kenapa anak tidak suka sayur dan lebih suka yang gurih, karena makanan yang pertamakali masuk dan dimakan bayi adalah ASI yang memang gurih apalagi bayi yang diberi campuran susu formula. Tak heran jika kemudian lebih banyak anak yang suka rasa gurih ketimbang sayur (apalagi kalo yang masak gak pinter he..he..he..). Tetapi banyak cara kok yang bisa dilakukan supaya anak tetap makan sayur. Selain dibuat bentuk2 lucu juga bisa saja dicampur dengan makanan lain sehingga sayuran menjadi terselubung. Misalnya dibuat bakwan, sayurnya ada tapi rasanya gurih, Insya Allah anak2 banyak yang suka. Atau dibuat campuran bakso/bola daging dengan cara dicincang halus/diparut. Jika bikin bubur atau sup krim sayuran juga bisa diparut tanpa anak melihat bentuk sayuran yang jelas. Anak saya sangat susah makan sayur jika melihat bentuknya yang menunjukakan bahwa itu sayuran. Kepintaran ibu bersiasat sangat diuji agar anak mau makan sayur.

Tinggalkan komentar