murniramli

Berislam di Nagoya University

In Islamologi, Serba-Serbi Jepang on Januari 30, 2007 at 9:17 am

Jepang adalah negara yang boleh dikatakan penduduknya sangat cuek dengan agama, tetapi rutin mengerjakan hal-hal yang dikatakannya sebagai budaya. Misalnya kebiasaan di tahun baru, mendatangi shrine atau temple dan membeli jimat jika hendak ujian atau mencari kerja, meletakkan buah, makanan di depan abu orang yang sudah meninggal, dll.

Jika saya coba ajak teman-teman saya berdiskusi tentang agama, mereka kelihatan ogah-ogahan, tapi sekali saya pernah diwawncarai oleh beberapa orang mahasiswa Jepang yang ingin mempresentasikan tentang Islam di sebuah SD. Mereka terkesima dengan jawaban yang saya berikan dan biasanya mereka menyimpulkan `taihen da nee` (berat ya…). Saya akan selalu menjawab : Ngga juga, buktinya saya lebih suka tertawa, lebih happy daripada kalian` (Ga nyambung blas !).

Tapi begitulah, saya yang muslim di tengah kolega Jepang saya. Walaupun kami berbeda dari segi keyakinan, kami masih bisa berbicara topik2 menarik lainnya, bahkan saya sangat terharu dengan toleransi yang mereka tunjukkan kepada saya untuk menjadi muslim yang baik. Setiap kali bepergian, professor saya pasti menanyakan apakah mereka harus berhenti untuk memberi kesempatan saya untuk sholat. Atau, dengan rela memesan makanan serba ikan dan sayur di restoran, karena saya tidak bisa sembarangan makan daging. Bahkan pernah seorang mahasiswa dengan sangat sopan menanyakan apakah arah kiblat saya sudah benar, karena dia melihat mahasiswa yang lain sholat dengan arah yang berbeda. Alhamdulillah, ada orang yang dikirimkan Allah untuk mengoreksi arah sholat yang selama ini saya jalani.

Pemerintah Jepang menggolongkan agama sebagai budaya, sehingga tidak ada Menteri Agama dalam parlemen, yang ada Menteri Pendidikan, Sport, Budaya ,Sains dan Teknologi. Di Nagoya Univeristy sejak 2 tahun yang lalu, sekelompok mahasiswa muslim dari Mesir, Iran, Pakistan, Indonesia, Malaysia membentuk Islamic Culture Association in Nagoya University (ICANU), yang pendiriannya pun dilatarbelakangi sebagai kegiatan budaya bukan kegiatan keagamaan.

Masalah makanan merupakan masalah perut yang tidak bisa kita tunda-tunda. Sejak pertama kali datang ke Jepang, mahasiswa muslim biasanya akan saling tukar informasi tentang toko halal yang bisa diakses, atau produk makanan apa yang boleh dimakan, juga menghafalkan kanji-kanji yang menunjukkan produk yang tidak halal. Beberapa di antaranya :

豚肉(babi), 牛肉(sapi), 鶏肉(ayam), 乳化剤 (emulsifier, yang harus dikonfirmasi ke perusahaan melalui layanan free dial, apakah mereka menggunakan emulsifier hewani atau nabati), 酒(bir Jepang), 味醂/みりん(mirin、bahan dari sake), ワイン(wine)、アルコール(alkohol), ゲラチン(gelatin), 加工油(minyak hewani). Masih banyak lagi mungkin, tapi saya biasanya memakai kata-kata kunci tersebut ketika berbelanja makanan. Untungnya semua produk di Jepang menjelaskan secara rinci bahan-bahan yang digunakan.

Di Nagoya University ada beberapa cafetaria mahasiswa dan kafe yang paling sering didatangi oleh mahasiswa asing adalah Nanbu shokudou. Seingat saya, bulan Juni tahun 2005 beberapa mahasiswa muslim menyampaikan usulan kepada Foreign Student Advisor agar disediakan makanan halal di kafe Nanbu. Syarat makanan halal disampaikan kepada pihak Co-op (semacam koperasi mahasiswa) dan mereka setuju. Maka sejak itu kami bisa menikmati makanan di Nanbu shokudo dengan tanpa kekhawatiran lagi. Produk halal ditandai dengan tulisan halal di label harganya.

Para mahasiswa pun mengalami kesulitan sholat Jumat, sebab masjid terletak jauh dari kampus. Satu-satunya masjid yang ada di Nagoya pada waktu itu hanya Masjid Honjin, sekarang sudah ada masjid Minato, tapi hanya untuk jamaah laki-laki. Akhirnya mahasiswa mengusulkan penggunaan ruangan di International Residence (dormitori kampus) untuk dipakai sebagai tempat sholat Jumat, dan alhamdulillah diijinkan.

Tidak hanya itu, saya sangat salut dengan teman-teman yang tetap menjaga kebiasaan sholat berjamaah dengan menyelenggarakannya di sebuah space sempit di Perpustakaan pusat kampus. Jadwal sholat diumumkan melalui milis, dan terbuka bagi siapa saja. Sayang saya belum pernah ada waktu mengikutinya. Di fakultas saya ada beberapa mahasiswa Indonesia, dan kadang kami sholat berjamaah juga di ruang belajar mahasiswa. Mahasiswa dan professor Jepang sudah terbiasa dengan kebiasaan kami ini.

Ya, sholat bagi sebagian muslim yang lain mungkin tidak begitu penting. Tapi bagi saya, sholat ibaratnya seperti makanan yang harus saya konsumsi setiap saat. Jadi, dalam keadaan bagaimana pun saya harus mengerjakannya.

Beberapa waktu lagi pihak ICANU akan menyelenggarakan Indonesia Day, yaitu kegiatan seminar tentang Islam di Indonesia dan sekaligus multi agama-nya.

Begitulah…kami mencoba tetap menjadi muslim yang baik di Nagoya.

  1. Biasanya ke-indonesiaan, bila kita tidak dalam lingkungan Indonesia, keislaman semakin terasa bila tidak dalam masyarakat Islam. bener gak?

  2. Mbak Murni,
    加工油 itu artinya processed oil.
    加工 : yang telah diproses

  3. Betul Pak Urip. Mungkin dengan latihan menjadi “minoritas”, kita akan lebih mampu menghargai eksistensi2 mereka. Versi di Sendai pernah says tulis di sini Mbak Murni (kasus zaman masih menempuh Master).

    Kabar Seberang

  4. Bagus… Masih tetap islami dimanapun semoga terus begitu ya Bu…

  5. Seperti yang mr.Urip kemukakan, rasa ke-Indonesia-an kita semakin tebal kalau tidak berada di lingkungan Indonesia, demikian pula ke-Islam-an kita kalau tidak berada dalam lingkungan masyarakat muslim. Benar bagi sekelompok orang, dan tidak benar bagi sekelompok lainnya.
    Pengalaman hidup ini menjadikan kita lebih ‘kaya’ dan mungkin lebih bernilai dibanding dari ‘ilmu’ yang didapat dari universitas, bener nggak mbak?

  6. di taiwan, malah natal dianggap sebagai budaya, meski agama mereka bukan nasrani
    Penduduk Taiwan juga tidak peduli masalah agama atau malah bingung agamanya apa 😦
    Alhamdulillah professor saya orangnya fleksibel sehingga saya bisa menjalankan ibadah dgn tenang

    Tetap istiqomah menjalankan Islam dimanapun kita berada
    Paling tidak menunjukkan Islam bukanlah teroris

    Ja mata ne …

  7. semoga saudara/i kita yang berada di negri/negri non muslim diberikan kekuatan untuk mempertahankan dan meningkatkan Iman dan Taqwa. Amin

  8. Cerita yang asyik, cerita lebih banyak lagi dong. Agama dalam pengertian mereka itu apa?, Tuhan itu seperti apa dalam pikiran mereka, mengapa mereka meletakan buah di depan abu yang sudah meninggal, apa mereka percaya ramalan?, masihkah ada peramal di sana?, Lalu apa yang mereka pikirkan tentang budaya, tentang ciptaan. Lalu, dan lain-lain yang tidak bisa kita dapatkan dari jurnal sosial atau ilmiah….
    Yah sekedar ingin tahu persepsi mereka terhadap kehidupan dan kematian itu seperti apa. Shinto itu apa buat mereka kini. Atau benarkan, semuanya itu mereka pikirkan hanya budaya saja yang layak dihormati?.

  9. Terasa menjadi Muslim bisa hidup di tengah-tengah yang bukan Muslim….nampknya memang demikian

  10. Wah syukur alhamdulillah deh muslim yang ditakdirkan dikirim ke jepang itu mbak :), memang dengan menjadikan sholat dan aktifitas ibadah menjadi kebutuhan akan lebih memudahkan dalam menjaga senantiasa terlaksananya kewajiban kita tersebut, tetap semangat ya mbak……

  11. HEBAT…………..!!!!!!!!!!!!!!

  12. Numpang nimbrung nih Mbak…
    Kalau musim panas, berarti siang lebih lama dari malam kan? Terus tidur dan sholat shubuhnya gimana dong?

  13. Pramur :
    tidurnya ngorok hehehhe….maaf (^_^)
    Kalo saya jam tidurnya tetep normal spt biasa (2-3 jam/hari), sholat subuhnya sekitar jam 4 sd jam 5 pagi. Ya…yg beda cuman harus bangun lebih pagian dikit

  14. assalamu’alaikum…
    salam kenal mbak,
    awalnya aku tuh lg nyari bahan skripsi
    eh..terjerumus ke blognya mbak (n_n)v
    (tapi terjerumusnya ke arah kebaikan,insyaAllah)
    ini adalah artikel pertama yg aku baca
    wuih…aku bersyukur banget bisa kesini
    terus terang aku juga guru mbak… tp msh nyusun skripsi di UPI bandung. Ngincer teacher training scholarshipnya monbukagakusho jg hehehe.
    soalnya aku penasaran sama model pendidikan di negeri sakura sana. Tapi terus terang keberadaan blog mbak murni menjadi pelipur lara buatku. oh ya aku juga join di DTNC (Daarut Tauhiid Nihongo Club)klub bhs jpg d pesantren DT bdg.waaaaaaaa koq jd curhat gini ya…yang pasti aku seneng kenalan sama mbak.

  15. Kehidupan secara islami dimanapun berada akan tetap terjaga jika kita memang benar-benar meyakini bahwa agama yang kita anut bukan Terorisme seperti orang katakan, Islam agama yang damai dan Indah. dimanapun berada akan sel;alu memberi penerangan bagi para penganutnya maupun orang2 non muslim. Jepang…semoga makin banyak yang muslim. amin

  16. Ass.wr.wb
    Mbak Murni, bisa ikutan nanya ya mbak. Di Jpg ada ndak ya semacam perkumpulan orang Jepang yg jadi mualaf? Kalau ada, kira2 di mana ya, dan mereka punya websitenya ndak?
    Terimakasih banyak sebelumnya ya mbak.
    wass.wr.wb

    murni : saya ndak tahu, Bu, ada tidaknya perkumpulan mualaf.
    Tp Perkumpulan Muslim Jepang ada.
    Mungkin bisa dicek di situs ini, sayang berbahasa Jepang.

  17. mbak,saya br dtng ke jepang,n lg kebingungan cr jadwal sholat untuk di jepang,
    jd sampe sekarang masih pake jadwal sholatnya indonesia,tolong bantu mbak crnya di mana?
    terima kasih

    murni : silahkan cek di sini : http://www.islamicfinder.org/
    masukkan saja nama negara, dan bisa didownload ke kompi, spy setiap kali waktu sholat bisa terdengar suara adzan
    atau di sini : http://www.asfory.com/muslim_prayer_times/tokyo_japan.html

  18. Jadi inget jaman kuliah dulu. Kami yang muslim harus pinter-pinter ngatur waktu, termasuk “mengkudeta” ruangan yang lagi kosong…

    Jadi inget Nietzche: everything that doesn’t kill you, will only make you stronger….

    Semoga tetap istiqomah, mbak.

    murni : amin. terima kasih

  19. Saya baru ngalami tinggal di jepang sekarang. Mereka memang sangat toleran dan menghargai kita kalau kita bicara terus terang. Tapi karena acara saya yang selalu bepergian… agak susah juga menyesuaikan… jadi sering dijamak dan sholat di bus.

    Salam
    http://www.ossgis.co.cc

  20. beruntung ya,kbetulan aku di nagasaki dan di nagasaki sama sekali g ada masjid.tiap sholat pasti saya jamak.
    mugkin kehidupan sbg mahasiswa di jepang beda ama kenshusei.yagn saya rasakan di sini keagamaan saya jadi sangat berkurang.yang paling terasa pas hari raya,klo solat ied g lebih dari 10 orang,.tapi saya percaya tuhan itu maha tau,yang penting niat.

Tinggalkan komentar