murniramli

Prinsip pebisnis Jepang :Tidak ada barang yang tidak ada

In Serba-Serbi Jepang on Januari 1, 2010 at 1:40 pm

Prinsip pebisnis di Jepang ditampilkan pada acara akhir tahun berupa sajian beberapa usaha yang mengalami lonjakan penjualan di tahun 2009. Berikut ini saya tuliskan beberapa yang saya ingat dari tayangan tersebut.

1. “Nai mono ga nai” (Tidak ada barang yang tidak ada). Itu adalah semboyan yang disampaikan oleh boss Home man, sebuah home center di Jepang yang disiarkan beberapa waktu lalu di sebuah channel TV. Semboyan itu menggambarkan bahwa Home Man menjual apa saja. Home man memang tidak ada di Nagoya, tapi ada dua home center besar, yaitu Kahma dan Cainz Home. Keduanya menyediakan barang-barang keperluan rumah tangga, bahan-bahan membangun rumah, keperluan untuk hewan ternak, hobby dll. Berbelanja ke sana memerlukan waktu berjam-jam dan perlu energi.  Selain menjual barang, Homeman juga melayani reparasi peralatan RT. Di tampilan siaran TV yang saya lihat, Home man bahkan melayani seorang pelanggan yang hendak mengganti pegangan tengah tutup pancinya. Boss Homeman mengatakan bahwa dalam setahun ada barang yang penjualannya zero, seperti tali laso, penanda parkir, dll. Tapi mereka tidak menarik barang-barang tersebut dari rak toko. Kenapa ? Homeman berusaha menanamkan imej kepada pembeli bahwa apa saja ada di toko mereka. Dengan demikian akan tertanam dalam benak pembeli jika mereka hendak mencari sesuatu mereka akan mendatangi homeman. Dalam setiap kunjungan pembeli, bisa dipastikan mereka akan berbelanja di luar yang diperlukannya.  

2. “Dekinai to wa ienai” (Tidak ada yang tidak bisa). Semboyan ini disampaikan oleh seorang pengusaha tatami. Perusahaannya bekerja melayani pelanggan selama 24 jam. Pelanggannya diantaranya adalah para pemilik restoran, hotel atau rumah-rumah yang masih menggunakan tatami. Pelayanan yang diberikan tidak saja berupa penggantian tatami baru, tapi memperbaiki kerusakan tatami, misalnya cacat karena rokok, ujungnya sobek, atau papan penyangganya yang lapuk. Perusahaan ini memperkejakan seorang pekerja yang sudah berusia 70 tahun, tapi mempunyai keterampilan yang tertinggi. Dalam tayangan disajikan bahwa bos menyetujui sebuah order yang mengharuskan mereka mengganti tatami dengan kain kimono yang biasa dipakai penari kabuki. Saat menyatakan orderan tersebut, ahlinya yang sudah tua memprotes habis-habisan, dan mengatakan bahwa bos selalu menyetujui order sulit tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka. Bos hanya tersenyum dan tidak menyanggahnya. Tetapi tidak ada yang tidak bisa menurut bos kalau tidak dicoba. Maka Pak tua tidak pernah mengatakan tidak bisa juga, dia dan seorang stafnya yang lebih muda mencoba dan ternyata mereka bisa melakukannya. Perusahaan ini menjadi sangat pesat perkembangannya dengan pelayanan 24 jam dan pelayanan serba bisanya.

3. “tanoshii no wa okyasan to no komunikesyon” (Yang menyenangkan adalah komunikasi dengan pembeli). Ini prinsip yang dipegang oleh pusat penjualan JA (Japan Agriculture). JA mempunyai pusat penjualan yang penjualnya adalah para petani sendiri. Mereka datang pagi-pagi buta, menata sendiri jualannya, memasang harga dan menjualnya langsung. Sayur mayur, buah-buahan, dan produk laut dan daging yang dijual di sana memang tergolong murah, para penjual juga bebas berkomunikasi dan memperkenalkan produk-produk baru mereka kepada pembeli. Sebelum toko dibuka, sudah berjejer antrian panjang di luar. Kalau ingin menemukan produk pertanian aneh di Jepang, pusat belanja JA bisa didatangi.

4. “yasui yori tanoshii” (Ketimbang murah, lebih baik menyenangkan). Ini prinsip yang dipegang oleh bos sebuah department store. Sambil berbelanja, para pembeli selalu disajikan dengan teh hangat dan makanan-makanan gratis. Jadi, ketika mereka capek, mereka bisa duduk-duduk di tempat duduk yang disediakan sambil menikmati cemilan yang disediakan.

5. “jibun ga yoi mono to wa okyakusan mo yoi to omou” (apa yang bagus menurut diri sendiri itu berarti bagus juga untuk pembeli). Prinsip ini diterapkan oleh bos sebuah perusahaan osechi ryouri, yaitu makanan khas yang dinikmati saat akhir tahun. Biasanya dalam satu kotak terdapat aneka macam makanan laut, sayur, kacang-kacangan, daging, yang dikemas dalam kemasan yang apik seperti ini :

   

Sumber : plaza rakuten

Saat istirahat, para pegawai diberi kesempatan untuk menikmati semua jenis lauk, dan memberikan penilaian terhadap makanan yang diberikan. Kalau menurut mereka makanan itu enak, maka para pembeli akan berfikir sama. Jadi, bos mengembangkan model-model osechi melalui komentar para pegawainya.

6. Yang terakhir saya lupa semboyannya 😀  Adalah sebuah perusahaan plastik kemasan. Kalau belanja di supermarket, maka hampir semua produk dikemas dalam plastik, termasuk makanan jadi. Misalnya seperti kotak-kotak osechi, kotak sushi dll. Dulu kemasan yang dipakai adalah kemasan putih steroform yg kemudian dibungkus dengan plastik pembungkus tipis. Tapi ada perubahan baru yang dilakukan oleh bos pengusaha plastik, yaitu dengan memberikan warna dasar berupa motif-motif khas Jepang. Ada yang berwarna biru, hitam, seperti gambar di bawah ini, sehingga membuat makanan yang kita beli menjadi lebih cantik penampilannya.

sumber : busytrade

Kalau kita membeli makanan basah, maka biasanya akan keluar tetesan air jika kotak makanan dimiringkan. Bos perusahaan plastik tersebut meminta karyawannya untuk membuat desain kotak plastik yang kalau dimiringkan tetesan air tidak tumpah. Satu lagi yang didesainnya yang akan dijual per Januari tahun baru ini adalah, plastik kotak khusus untuk sushi. Kalau membeli sushi, sering kali kita dibuat mangkel dengan penampilannya yang penyot-penyot akibat kotak sushinya kita letakkan miring di dalam tas misalnya. Perusahaan ini mendesain kotak sushi yang sekalipun dimiringkan sushinya tidak bergerak atau saling bertumpukan. Saya masih ingat apa yang diucapkan bos, “sushi wa orimono ja nai” (sushi itu bukan barang yang dilipat) 😀

Banyak hal yang bisa dipelajari dari para pengusaha Jepang, yang umumnya berusia di atas 60 tahunan tersebut. Mereka masih memegang tradisi pelayanan yang terbaik.

  1. prinsip dasar dagang dikenakan para pengusaha jepang sebenarnya berasal dari jawa, [sedari zaman majapahit ekspedisi ke utara] yang diabaikan & dibuang oleh kaum muda-mudi di jawa sekarang ini kemudian dipungut + dianut & saking kepincutnya oleh mereka ini, diberilah nama-nama sesuai pengertian & kemauan dalam bahasa lokal. mau tau apa itu?
    tepo seliro [bagaimana itu mengenai diriku, tentu orang lain merasakan hal yang sama] =[terjemahan aplikatif, apa yang bagus menurut diri sendiri itu berarti bagus juga untuk pembeli].

    kalau prinsip nilai lama dibuang, tentu harus ada pengganti yang dipakai & dianut terkini oleh wong indonesia, terpapar polusi & bangga dengan asal import ya’ni
    emang gue pikirin [baik menurutku, terserah menurut kamu = nilai individualisme ala mbarat].

    nilai lama itu [tepo seliro] akan kembali, dalam bentuk & kemasan asing dipelajari & diakui oleh kaum akademisi sebagai oleh-oleh studi dibanggakan dari luar negeri.

  2. wah….makasih nih ilmu tentang bisnisnya…
    saya melihat akhir-akhir ini, bisnis terutama berdagang sudah mulai diminati oleh para pemuda pemudi. Ini bukan lagi menjadi hal yang dianggap memberatkan. Saya salah satunya. Dahulu, tidak ada dalam kamus kehidupan saya untuk berdagang, apatah lagi mempelajarinya. Di pikir-pikir, sampai kapan saya hanya jadi konsumen, kenapa tidak saya coba untuk jadi produsen ? Nyatanya saat ini, tak ada yang tak bisa dibisniskan.

  3. bagus sekali prinsipnya ya,,
    intinya mengutamakan kepuasan pelanggan..
    salam kenal bu murni..

  4. Salam kenal bu guru
    Seandainya di Indonesia ada yang seperti itu….

  5. terima kasih bu murni, info nya tetap bikin saya semaangat selalu ada hal baru.

  6. Pagi Mbak …
    Terima kasih sudah berbagi. Info yg sungguh menarik.
    Salam kenal.

  7. sugoooiiii.. 😀
    memang tidak ada yang tidak mungkin. Dan berkat berpikir demikian, perusahaan-perusahaan Jepang menantang diri sendiri sehingga jadi lebih maju. Salut! 🙂

    Salam kenal 🙂
    -gHina

  8. kalo untuk kotak makanannya bisa di beli dimana yaa…untuk daerah jakarta

Tinggalkan Balasan ke raka Batalkan balasan